Pasokan Berkurang, Harga Cabai Mencapai Rp110 Ribu/kg

853

Mayangan (wartabromo.com) – Harga cabai di Kota Probolinggo melambung tinggi, kisarannya Rp. 110 ribu per kg. Hal ini diakibatkan minimnya pasokan cabai imbas karena musim hujan yang kerap turun.

Kenaikan harga terjadi pada semua jenis cabai, baik cabai rawi merah maupun cabai rawit hijau. Sebelumnya, harga jual cabai rawit merah pada kisaran Rp 100 ribu, namun kini harga per kg mencapai Rp 110 ribu.

Sementara cabai rawit hijau naik dari Rp 80 ribu menjadi Rp 90 ribu. “Saat ini harga cabai terus naik sejak sepekan lalu. Pembelinya sepi,” kata Minarsih (53) salah seorang pedagang di pasar Gotong Royong, Kota Probolinggo, Jumat (6/1/2017).

Baca Juga :   Harga Beras Mulai Normal, Harga Gula Merangkak Naik

Saat ini harga cabai dari para pengepul sudah tinggi, tapi kuantitasnya menurun. Pengaruh hujan cukup besar, malah tak sedikit petani yang gagal panen. Arifin (48) petani cabai asal Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan mengaku hasil panen kali ini lebih sedikit dibandingkan musim sebelumnya.

Selama musim hujan, dalam sehari Arifin dia hanya bisa memperoleh cabai sebanyak 40-55 kg saja. Tetapi Jika musim kemarau, dia bisa mendapatkan cabe sebanyak 100-150 kilogram. “Kuantitas panen petani juga beda antara musim hujan dengan musim kemarau,” jelasnya.

Oleh petani, cabai dijual dengan kisaran harga Rp 80.000 sampai Rp 85.000. Banyak permintaan cabai dari luar kota. Di antaranya Surabaya dan Bali. “Banyak permintaan, tapi hasil panennya sedikit. Sehingga harganya pun mahal,” ungkapnya.

Baca Juga :   Ratusan Peserta Ikuti Tretes Night Run 2016

Terkait hal ini, Kepala Diskopindag Kota Probolinggo Gatot Wahyudi mengatakan, hingga saat ini perkembangan sayuran memang mengalami kenaikan. Namun masih dalam batas toleransi. Untuk saat ini pihaknya masih belum bisa berbuat banyak untuk mencegah kenaikan harga tersebut.

“Tingginya harga cabai diakibatkan petani belum berani menanam. Cuacanya tidak menguntungkan, Mas. Selain itu banyak petani cabai yang mengalami gagal panen. Sehingga harganya mengalami kenaikan,” ungkapnya. (saw/fyd)