Mengenal Batik Pandalungan Khas Kabupaten Probolinggo

5307

“Pelatihan itu dengan nara sumber yang benar-benar kompeten. Baik melalui Dipserindag, Diskop UKM, maupun Dinas PMD,” ujarnya.

Selain itu, promosi yang dilakukan dengan cara mengikut sertakan para pengrajin batik dalam beberapa even pameran, baik di dalam skala lokal, regional maupun nasional. Juga mengadakan kegiatan yang bersifat promotif.

“Setiap agenda kami publis di media massa dan media sosial. Tujuannya agar masyarakat semakin mengenal produk khas daerah ini,” ujarnya.

Bupati Probolinggo P. Tantriana Sari, mengeluarkan intruksi untuk lembaga-lembaga pendidikan agar menggunakan batik lokal. Pengrajin pun diminta memproduksi batik massal dengan harga terjangkau untuk ukuran pelajar. Harga kelayakan batik bagi pelajar adalah di bawah Rp. 100 ribu. Instruksi itu sebagai awalan dan stimulus bagi pelaku batik, sebelum Pemkab membuat Perda tentang Batik.

Baca Juga :   Dispendukcapil: Surat Domisili Ribuan Santri Dimas Kanjeng Tidak Sah

“Instruksi Bupati dulu, saya kira itu sudah cukup untuk awalan. Karena di sisi perdagangan batik mempunyai prospek yang sangat bagus, jadi kami akan fasilitasi pasar dengan kebijakan ini,” ujar Tutug.

Di wilayah yang mempunyai semboyan ‘Prasadja Ngesti Wibawa’ ini, terdapat 636 Sekolah Dasar, 207 Sekolah Menegah Pertama, 77 Sekolah Menengah Atas, 55 Sekolah Menengah Kejuruan dan 5 Selokah Luar Biasa. Selain itu, masih ada sekolah dan madrasah yang dikelola oleh pihak swasta.

“Kami yakin, dengan kebijakan ini, industri batik akan tambah bersemangat. Itu juga mendukung Endless Probolinggo,” ucapnya.

Kebijakan lain yang diambil adalah dengan pembuatan website bagi 20 UKM. Pelaku usaha akan dilatih menggunakan kecanggihan IT untuk menopang usahanya. Tujuannya, produk-produk pelaku usaha itu dapat dipasarkan secara online, selain pemasaran konvensional.

Baca Juga :   Ada Kebakaran, Jalur Pendakian Arjuna - Welirang Ditutup

“Tentunya tidak bisa frontal membikin website sebanyak-banyaknya, pelan-pelan saja yang penting nantinya mereka dapat menggunakan seefektif mungkin dalam menunjang usahanya,” kata mantan Kadispendik ini.

Ketua Asosiasi Pengrajin Batik, Bordir dan Assesoris (APBBA) setempat, Mahrus Ali, menyambut baik langkah-langkah yang diambil Pemkab Probolinggo. Pihaknya sangat tertantang dengan kebijakan itu. Pasalnya, pengrajin menurutnya, tidak hanya berorentasi pada mencari laba. Melainkan bagaimana memasyarakatkan bagi kepada siswa sebagai budaya bangsa.

“Untuk motif yang sederhana, harga di bawah seratus ribu bisa diproduksi oleh pengrajin. Namun, yang menjadi tantangan kami adalah, bagaimana dengan anggaran kecil itu, anak didik kita mempunyai seragam sekolah yang bagus dengan motif premium. Jadi tidak hanya sekedar seragam sekolah saja, karena misi kita adalah mengenalkan budaya bangsa dan potensi daerah ini, sejak dini kepada mereka,” kata pemilik Batik Ronggomukti ini.

Baca Juga :   Polres Pasuruan : 819 Kasus Kriminalitas Terjadi di Sepanjang Tahun 2016

Upaya APBBA sendiri, untuk mengenalkan batik kepada siswa, menurut Mahrus, sudah sering dilakukan. Salah satunya dengan cara menerima kunjungan siswa untuk belajar batik dsetiap rumah pengrajin. Biasanya, mereka digratiskan untuk berlatih mendesain, mencanting dan mewarnai kain mori.

“Khusus di tempat saya, siswa yang belajar batik, kami gratiskan untuk ikut kursus bahasa Inggris,” tutur guru Bahasa Inggris ini. (*)