Legitnya Gula Aren Khas Pakuniran

1924

Probolinggo (wartabromo.com) – Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) tumbuh subur di Kecamatan Pakuniran, utamanya di wilayah selatan-timur. Meski tumbuh liar tanpa dibudidayakan secara intensif, tumbuhan ini menjadi sumber kehidupan warga sekitar.

Ada 8 desa yang menjadi sentra tanaman aren, yakni Desa Pakuniran, Gunggungan Kidul, Kedung Sumur, Ranon, Kertonegoro, Gondosuli, Kalidandan dan Blimbing. Oleh warga, pohon aren dimanfaatkan untuk menunjang ekonomi keluarga. Seperti sapu dari ijuk aren, pemanfaatan buahnya menjadi kolang-kaling. Serta mengambil niranya untuk dijadikan menjadi gula aren.

Di Desa Gunggungan Kidul, pengolahan gula aren telah dilakukan secara turun-temurun (home industry). Ada sekitar 130 warga yang terlibat dalam industri rumahan tersebut. Di desa ini, luas areal pertanaman aren mencapai 450 ha dengan populasi rerata 35-50 pohon/ha. Sementara produksi niranya rerata 10-15 liter per pohon per hari pada pohon yang produktif.

Baca Juga :   Mushollah dan 16 Rumah Diterjang Angin, Pemkot Kucurkan Bantuan Perbaikan

Pengrajin gula aren menyadap pohon aren antara 20 – 25 pohon/hari yang dilakukan pada pagi dan sore. Dari 25 pohon itu, nira yang sudah diolah akan menghasilkan gula skitar 25 kilogram. Artinya air nira dari 1 pohon aren, ketika diolah akan menghasilkan 1 kilogram gula aren.

Pengrajin gula aren saat menyadap pohon aren. (Foto : Hendhy T. Purnomo)

“Tapi juga tergantung pada musimnya,” kata S. Chatam, salah satu pengrajin gula aren di Desa Gunggungan Kidul.

Dengan bahan baku melimpah serta tersedianya kayu bakar dari alam, usaha pengolahan gula aren sangat potensial dikembangkan. Dalam sebulan, minimal pengrajin gula aren memproduksi gula aren sebanyak 150 bungkus (isi 10 buah). Dengan harga jual Rp. 10.000 per bungkus, maka seorang pengrajin mampu mendapatkan omset sebesar Rp. 1.500.000 per bulan.

Baca Juga :   Gara-gara Pasir, Warga Candipuro Saling Blokade Jalan

“Biasanya lebih dari itu, apalagi pada saat musim bubur atau ramadhan. Untuk biaya produksi, seperti tenaga pengolah dan kayu bakar tidak dihitung. Sebab yang kerja adalah keluarga sendiri dan kayu juga didapat dari kebun atau hutan yang tak jauh dari rumah. Dengan begitu, omset penjualan itu sudah masuk pendapatan bersih,” jelas Chatam.

Salah satu problem yang dihadapi masyarakat adalah pemasaran gula aren masih belum optimal, bahkan masih belum terorganisasi dengan baik. Pemasaran gula aren saat ini masih mengandalkan penjualan ke kios atau pedagang pengumpul desa setempat. Biasanya pemasaran produk aren yang langsung dijual petani ke pasar tradisional relatif kurang.

”Saat ini sudah ada rintisan dengan pembentukan kelompok Pancor Emas. Sebagai salah satu penguatan kelembagaan agar usaha tani gula aren berhasil dan berkembang menjadi lebih besar dengan aneka produk turunannya,” kata Camat Pakuniran, Oon Hartono.

Baca Juga :   Gunakan Dana APBN 3,4 Miliar, Jembatan Sedodol akan Diperbaiki
Gula Aren Khas Pakuniran. ( Foto : Hendhy T. Purnomo)

Dengan adanya kelompok usaha itu, pengrajing gula aren, akan mendapat pendampingan, pelatihan dan bantuan dari organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. Seperti dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Probolinggo dengan memberikan pelatihan pembuatan gula aren kristal. Selain mendapatkan pelatihan, pengrajin juga mendapatkan bantuan mesin pengolahan gula aren menjadi gula aren kristal.

“Sekaligus memanfaatkan teknologi dalam rangka memproses gula aren menjadi gula aren kristal. Pelatihan ini merupakan salah satu upaya untuk mengentaskan kemiskinan melalui pengolahan produk olahan gula aren menjadi gula aren kristal untuk meningkatkan taraf ekonomi rakyat,” katanya. (cho/saw)