Gen-Z dan Ancaman Kekerasan Seksual Online

1127

Mencoba mengada-ada (maaf). Jika diambil asumsi 0,1 persen peristiwa kekerasan seksual online terjadi, maka ada 19 anak di Kabupaten Pasuruan menjadi korban.

Ini bukan soal paranoid atau saya terkena gangguan kecemasan. Tidak. Ini soal Gen-Z.

Nyatanya Kementerian PPPA mengungkap, kasus kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak melalui media daring menjadi masalah serius. Diungkapkan, ada bahaya tatkala anak mengakses internet. Malah bisa terjadi di lingkungan rumah/keluarga, pergaulan, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, atau di manapun selama akses daring dapat dilakukan.

“Mirisnya, pelaku tidak jarang merupakan orang terdekat anak, seperti teman dan keluarga,” rilis Kementerian PPPA. Nah, LHO!.

Yang membuat cukup tenang, sebenarnya internet memiliki dampak positif untuk anak. Senyampang orang tua disiplin mengarahkan dan mengontrol, tentu saja ada edukasi, dapatkan hiburan, selain juga memperkuat kreativitas anak. ke halaman 2

Baca Juga :   KPU Kabupaten Pasuruan Buka Kembali Pendaftaran Calon Bupati

Itulah kenapa Kementerian PPPA kemudian mengajak kepada para orang tua untuk lebih memprioritaskan hak-hak anak.

“Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, serta keterampilan anak dalam menggunakan internet dengan aman,” kata Nahar.

Saya sepakat bila Gen-Z, melantangkan suara ke pemangku kebijakan, dengan mengatakan anak-anak butuh dukungan dan perlindungan dari segala risiko dan ancaman yang dapat menimpa, baik di dunia nyata maupun maya.

Itulah kemudian, bersama-sama muncul satu pemahaman, internet aman bagi anak jika ada parenting digital. Pemangku kepentingan, mulai orang tua, pihak sekolah juga pemerintah (utamanya tingkat desa) bersinergi mendorong terciptanya rasa aman dan nyaman kepada kelompok Gen-Z berinternet.

Semoga anak-anak Gen-Z kita terhindar dari kekerasan. (*)