Menyelami Sejarah Tengger (2)

1845

“Itu dulu ketika sebelum tahun 1965 (pemberontakan PKI, Red),” jelas Sutomo.

Pasca peristiwa pemberontakan PKI, situasi politik saat itu berubah. Pemerintah, menghendaki adanya kejelasan mengenai agama para penghuni pegunungan Bromo-Semeru ini. Atas aturan tersebut, sejumlah tokoh Tengger kala itu menghendaki Budha Tengger sebagai agama formal mereka.

Pemerintah sebenarnya tidak mempermasalahkan hal itu. Dengan satu catatan, keyakinan itu tidak bisa dibawa keluar daerah Tengger. Dengan kata lain, agama itu dilarang dikembangkan di wilayah lain, khusus diperuntukkan masyarakat setempat.

Hingga kemudian, pemerintah menggelar pertemuan dengan melibatkan sejumlah pihak. Seperti Kementerian Agama, Kejaksaan hingga Kehakiman Republik Indonesia.
Lalu, disepakati untuk melakukan kajian, sekaligus penggalian dari sisi sejarah dan budaya tentang agama yang dianut warga Tengger.

Baca Juga :   Disporaparbud Sesalkan Tarif Jip Bromo Melambung

Dari sana dipastikan, bahwa semua ritual keagamaan yang dijalani masyarakat Tengger, sama sekali tidak berkaitan dengan Budha.
Sebaliknya, tim pengkaji juga mendapati bila ritual-ritual itu lebih dekat dengan agama Hindu. Lengkap dengan dukungan bukti-bukti formal yang melingkupinya. ke halaman 2

umat Hindu Suku Tengger di lereng Gunung Bromo, Kamis (21/07/2016) dini hari, gelar ritual agung perayaan Yadnya Kasada. Upacara budaya tahunan ini, tidak hanya melarung sesaji ke kawah. (Foto: Sundari/wartabromo.com)

Seperti perlengkapan perayaan upacara yang biasa dipakai dukun pandhita, sama dengan yang dipakai para pandhita Hindu di zaman Majapahit silam.

Baca: Menyelami Sejarah Tengger (1)

Termasuk juga mantra-mantra atau doa yang dipanjatkan dalam gelaran kegiatan.
Di mana dalam rapalan doa, para dukun banyak menggunakan istilah-istilah yang jamak dipakai dalam agama Hindu.
Seperti Betoro Geni (Brahma); Betoro Banyu (Dewa Wisnu); hingga Betoro Angin (Dewa Siwa).

Baca Juga :   Hari ini, Bromo Lontarkan Abu Vulkanik

Sejak saat itulah, Hindu disepakati sebagai agama masyarakat Tengger. (*) ke halaman awal