Sakit yang Tak Berujung

1986

” Halah, bohong, kenapa kalau gak cinta, Kakak harus mau menikahi dia? Kakak dijodohkan? Atau kakak?”

Tiba-tiba mulut Anin terdiam, dan sedikit menghela nafas.
“Dan pertanyaanku sekarang, kenapa Kakak datang kemari?”

“Aku ingin kembali bersamamu Anin, aku divorce dengan dia. Kami sudah tidak cocok, dan anakku ikut dengan dia,”

” Hmm,” seolah tak berhenti menghelas nafas.
“Kak putra, aku bukan Anin yang dulu, yang dapat kau lihat sebelah mata, yang tak dapat kau lihat cintanya,”
“Apapun yang menjadi alasan, aku sudah membangun benteng untuk kakak. Hingga kali ini sebagaimana pun kau coba merobohkan aku, tak akan bisa, apalagi alasanmu meninggalkanku adalah menikahi orang yang katamu tak mencintainya dan orang itu adalah adik orang yang aku anggap kakak. Dan tanpa malu kau datang kembali,” ke halaman 3

Baca Juga :   Sudahlah Pemerintah, Menyerahlah.....

“Ayolah kita sudah sama-sama memahami, bahwa kaca yang sudah pecah tak akan dapat disusun kembali, jika dapatpun, bentuknya tak akan sama Kak. Jadi, setop menghubungiku lagi,”

“Maaf Dik,”
Putra pun berdiri dari kursi ruang tamu rumah Anin.
“Mungkin memang aku sudah tak pantas datang ke sini kembali. Salam untuk bapak-ibu kamu, sampai jumpa,”

Anin masih duduk termenung tanpa percaya, bahwa Putra menikahi adik Kak Budi, yang selama ini dia anggap sebagai seorang kakak laki-lakinya. Kemudian dia baru menyadari, bahwa selama ini Kak Budi juga terkesan menutupi sesutu.

“Ah, sudah-lah, mungkin ini sudah saatnya aku membuka hati, dan menutup kisah lama,”

Baca Juga :   Jika Saya Menjadi Pejabat

Tak terasa air mata jatuh sangat deras. Muka anin tiba-tiba berubah menjadi merah dan dipenuhi dengan air mata.

“Semakin sakit Tuhan. Aku sudah membangun benteng yang sangat kokoh agar dia tidak dapat masuk ke dalamnya. Namun dunia seolah-olah ingin meruntuhkan kembali benteng itu dengan mudah,”

Dan kali ini aku lebih menikmati rasa sakit dan mencoba berdamai dengan takdir yang ada.
Walau seolah rasa sakit ini tak berujung. Namun, kali ini aku lebih memahami bahwa buku yang selama ini aku baca hanyalah buku lama, yang kisahnya hanya patut dikenang bukan diulang. ke halaman awal

*) Penulis adalah alumni STKIP PGRI Pasuruan
Cerita ini fiktif. Bila ada nama maupun kesamaan cerita, hanya suatu kebetulan.