Pasuruan (Wartabromo.com)- Hujan deras mengiringi perjalanan Adi Wibowo saat menyapa warga di kawasan Ngemplakrejo Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan. Kendati hujan, antusiasme masyarakat untuk menyambut calon pasangan Gus Ipul itu tetap tinggi.
Adi diundang untuk menuju ke rumah Su`adi, warga Jl Hang Tuah, Sabtu sore (10/10). Untuk menuju rumah itu, alumnus Universitas Indonesia ini harus masuk lorong kampung. Masuk gang ke gang. Di mulut gang, ia disambut anak-anak muda dengan seni hadrah. Mereka juga salawatan dan Talaal Badru. Saat tiba di lokasi, hujan pun mulai reda. Adi pun diminta untuk melepaskan balon.
“Alhamdulillah bisa diiringi hujan sampai kesini. Mudah-mudahan ini pertanda rahmat dan kasih sayang Allah SWT kepada kita semua untuk menurunkan rejeki dan barakah,” ujar Adi disambut kata Aaamin semua yang hadir.
Di hadapan warga yang hadir, Adi berharap kepada warga Kota Pasuruan bisa menyambut Pilwali dengan penuh kegembiraan. Ia juga menekankan kepada tiga prinsip dasar untuk membangun Kota Pasuruan yang lebih baik.
Prinsip pertama, harus mengajak orang untuk bahagia. Ini permulaan yang bagus. Karena, untuk membangun apapun (termasuk membangun Kota Pasuruan) harus dimulai dengan perasaan bahagia. Ada semangat dan spirit yang sama untuk sama-sama membangun bangsa dan kota.
Prinsip kedua, menebarkan kebaikan. Tidak menebarkan kebencian. Semua jika dilandasi dengan kebaikan, insha Allah hasilnya juga akan baik.
Dan prinsip ketiga, mengungkap fakta yang sebenarnya. Bukan hoax apalagi fitnah. “Jika ketiga prinsip ini bisa kita jalankan, maka tatanan dan pembangunan bisa berjalan maksimal.
Pria yang juga pernah mengenyam pendidikan di Universitas Jember ini membeberkan fakta yang terjadi di Kota Pasuruan. Misalnya soal opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Opini yang diberikan BPK RI kepada Kota Pasuruan ini sudah berlangsung dua tahun berturut-turut. Kadang masyarakat bertanya, Lalu apa pengaruhnya status WDP itu terhadap Kota Pasuruan?
Ia pun menjelaskan, salah satu pengaruh dari status WDP itu adalah dana insentif dari pemerintah pusat distop untuk Kota Pasuruan. “Sehingga, pengaruhnya juga kepada masyarakat Kota Pasuruan. Sehingga, kita perlu berjuang untuk mengembalikan status itu menjadi WTP (Wajar Tanpa Pengecualian),” tegas pria yang pernah bekerja di Bappenas dan BPK RI ini.
Selain itu, Adi juga mengkritik soal SILPA (Sisa Lebih Penggunaan Anggaran) Kota Pasuruan yang sangat besar. Ini karena serapan anggaran Pemkot Pasuruan relatif rendah. “Siapa yang dirugikan. Jelas masyarakat. Kenapa sampai terjadi Silpa. Karena antara perencanaan dan realisasi anggaran tidak sinkron. Bisa jadi perencanaannya yang tidak matang. Sehingga realisasi anggarannya pun menjadi tidak berjalan optimal,” tegasnya.
Ke depan, lanjut Adi, perlu diterapkan pembangunan partisipatif. Pembangunan yang berharap ada keterlibatan masyarakat secara aktif. Usulan masyarakat dari bawah melalui Musrenbang perlu dierhatikan dan dikawal maksimal. Jangan sampai masyarakat ingin minum Susu, misalnya, tapi kenyataannya disajikan kopi. “Ini yang harus sinkron antara suara masyarakat dengan pemerintah,” cetusnya.