Debat Publik; Kedua Paslon Belum Menguasai Komunikasi Politik yang Efektif

1285

Pasuruan (WartaBromo.com) – Debat publik pilwali Kota Pasuruan yang digelar KPU Kota Pasuruan tadi malam mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Kedua Paslon dinilai tidak menguasai komunikasi politik.

Tanggapan tersebut datang dari akademisi Lembaga Administrasi Negara, Theo Kuncoro. Menurutnya, kedua paslon belum menguasai komunikasi yang efektif, khususnya komunikasi politik.

“Ngomong dalam forum itu harus hati-hati. Pesan yang disampaikan itu efektif bener ndak? Pesan itu harus jelas. Jelas konsepnya, jelas konteksnya, dan jelas kontennya,” kata Kuncoro dalam Bincang Pilkada Kota Pasuruan yang digelar WartaBromo dengan tema “Membedah Debat Kedua Paslon Pilkada”, Kamis (19/11/2020).

Kedua paslon dalam komunikasi politik, menurut Kuncoro, pesan yang substansial perlu benar-benar terkonsep  secara matang, agar bisa tersampaikan kepada masyarakat.

Baca Juga :   Denda Tak Bawa E-Tol, Pihak Tol Paspro : Sudah Ada Imbauan

“Konsepnya apa? Bagaimana membangun Kota Pasuruan. Konteksnya apa? Konteksnya, mencari sesosok pemimpin yang bisa menjalankan roda pemerintahan. Kontennya apa? Pemimpin yang mampu berubah. Di sini yang belum memahami. Tema harus diterjemahkan menjadi sebuah pesan,” ungkap Kuncoro.

Bahkan, lanjut Kuncoro, debat segmen 5 di mana merupakan segmen saling tanya jawab antar kedua paslon yang oleh beberapa pihak dinilai satu-satunya segmen cukup menarik, oleh Kuncoro dinilai tidak menarik.

Sebab menurut Kuncoro, dalam rumus membuat pertanyaan seharusnya menguasai 5W1H, yakni What, Why, Where, Who, When, dan How. Sementara ketika segmen 5 tadi malam, kedua paslon tidak cukup memakai perangkat bertanya itu.

“Pertanyaan yang paling banyak disampaikan what (apa) dan how (bagaimana), why-nya ndak muncul. Di situ yang ndak menarik,” lanjut Kuncoro.

Baca Juga :   Koran Online 27 Juni : Menipu Tuhan, Ibu Asal Sampang Diciduk, hingga Tiap Hari Pemotor Terjatuh di Rel Perlintasan Cangkringmalang

Diskusi yang digelar WartaBromo ini mengundang 5 narasumber dari berbagai latar belakang, mulai akademisi, jurnalis, hingga mantan birokrat. Diskusi ini digelar secara virtual dan diikuti oleh puluhan peserta. (tof/ono)