Pandemi COVID 19 Telah Mendorong Akselerasi Digital BUMN

830

Jakarta (wartabromo.com) – Digitalisasi terus dikembangkan badan usaha milik negara (BUMN) sektor perbankan, energi, kelistrikan hingga pegadaian. Digitalisasi menyasar semua aspek pihak yang masuk dalam rantai nilai (value chain).

Darmawan Prasodjo, Wakil Direktur Utama dan Chief of Transformation Officer PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengatakan sedang merancang suatu sistem digital melalui proses transformasi untuk mewujudkan visi perusahaan listrik terbaik se-Asia Tenggara dan menjadi pilihan nomor satu pelanggan untuk solusi energi dengan berfokus pada prinsip green, lean, innovative, dan customer focus.

Ia mengatakan sebelumnya proyek pengembangan informasi dan teknologi (IT) gagal karena hanya membangun satu software. “Padahal ada banyak aspek seperti IT development dan operasional yang melibatkan sumber daya manusia lainnya,” ujarnya saat menjadi narasumber dalam Sesi IV “Digitalisasi BUMN” Indonesia Digital Conference (IDC) 2020, yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Rabu (16/12) kemarin.

Baca Juga :   Dorong Profesionalitas Media, AMSI Gelar UKW di Banyuwangi

Tantangan terbesar yang dihadapi adalah penguatan kapasitas sumber daya manusia. Saat ini PLN memiliki karyawan organiknya 50.000 orang, dan tenaga alih daya mencapai 130.000 -180.000 karyawan. Ia menambahkan PLN mendorong karyawan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi.

Hal itu diperlukan, lantaran PLN sedang mendigitalisasi berbagai aspek termasuk dari aspek pembangkit, operasional, perawatan hingga pengadaan barang (procurement). “Dulu membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui kerusakan, sekarang kami membangun digital performance control room dan digital operation maintenance menggunakan mobile app, yang dulunya tidak ada. Sehingga monitoringnya bisa terus dilakukan. Artinya kami berusaha agar pembangkit listrik menjadi efisien dan andal, dan pemeliharaannya juga jauh lebih cepat,” ujarnya dalam sesi yang dipandu Metta Dharmasaputra, Founder Katadata.co.id.

Sedangkan Bank Tabungan Negara melakukan digitalisasi dalam proses penyaluran kredit perumahan. “Digitalisasi tidak hanya mengotomasi dan mendigitalkan proses (dari manual ke digital), tapi juga mengubah bisnis proses. Itu yang masih menjadi tantangan,” ujarnya Pahala Nugraha Mansury, Direktur Utama bank Bank Tabungan Negara pada forum yang sama.

Baca Juga :   AMSI Resmi Jadi Konstituen Dewan Pers, Siap Perkuat Jurnalisme Digital

Ia mengatakan inisiatif digitalisasi telah dilakukan dan saat ini memberikan perhatian besar pada user experience (pengalaman pengguna). “Tidak hanya dari aspek fitur tapi juga functionality (kegunaan dari fitur), karena ini faktor yang menentukan customer memilih penawaran digital banking yang satu dengan yang lain,” ujarnya.

Pada masa pandemi Covid 19 tidak hanya perbaikan digitalisasi dilakukan tapi juga pengembangan lanjutan (continues development), perbaikan (continuous improvement), mengembangkan kemitraan dan ekosistem.

“Penting mengembangkan ekosistem, tidak bisa melakukan semuanya sendiri-sendiri, termasuk juga value chain (rantai nilai) ekosistem perumahan,” kata Pahala. Ia menambahkan pandemi COVID-19 mendorong akselerasi untuk bisa mengembangkan solusi digital. Meski ekonomi Indonesia turun di triwulan ketiga minus 3 persen, tapi sektor perumahan masih bisa tumbuh sebesar 1,98 persen.

Baca Juga :   AMSI Gelar Kongres Kedua Secara Virtual

Sementara itu, pandemi COVID-19 mendorong Pertamina melakukan perbaikan cara kerja, bisnis model dan teknologi leadership. “Jadi, satu hal utama dan fundamental adalah melakukan transformasi dan mengoptimalkan teknologi leadership,” kata Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina di forum yang sama.

Ia mengatakan dalam perjalanan 2020, Pertamina melakukan upaya-upaya untuk mengelola risiko dan meminimalkan dampak COVID-19 dengan bantuan teknologi yang bisa dilakukan secara remote dan reseller. Menurut Emma, pada kuartal ketiga dan keempat sudah terlihat hasilnya dan mendekati situasi yang terkendali. “Sementara kuartal kedua memang masa-masa yang sulit, berbagai intervensi, optimalisasi penggunaan teknologi dilakukan untuk meminimalkan dampak dari kondisi pasar,” ujarnya.