Mengenang Kerasnya Pukulan Bugiarso ‘The Killers’

2113
Menjadi Penjaga Toko

Setelah gantung sarung tinju, suami Lenny Vera Veronica tersebut menganggur selama lebih dari empat tahun lamanya. Sang petinju bahkan sempat bekerja sebagai penjaga toko di  Kota Probolinggo.

Bertahan di kawasan komplek pertokoan, perjalanan hidupnya sedikit berubah pada tahun 2006. Perubahan dialami setelah Hasan Aminuddin (Bupati Probolinggo kala itu) memilih dan menempatkannya ke dinas perhubungan sebagai pegawai honorer.

Pengabdiannya berlanjut di Kantor Pemuda dan Olahraga Kabupaten Probolinggo, di seksi prestasi. Hingga akhir hayatnya ia tercatat sebagai pegawai pada Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan (Disporaparbud) Pemkab Probolinggo.

Suatu kesempatan ia mengambil lisensi pelatih nasional yang diselenggarakan oleh PB Pertina. Oleh Pertina Kabupaten Probolinggo, bersama Jakfar Sodiq (mantan petinju amatir), Bugiarso diberi mandat melatih petinju amatir.

Dalam debut kepelatihan tersebut, dua anak didiknya berhasil menyabet medali pada perhelatan PORPROV di Ngawi. Berkat tangan dinginnya, anak didik bernama Abdullah merebut perak di kelas 55,3 kg; dan Hendra Budi Harta, menyabet perunggu di kelas 57,5 kg. Di Porpov Banyuwangi, anak didiknya juga berhasil menggondol piala.

Baca Juga :   Pemuda di Tutur Edarkan Sabu Digulung Polisi, hingga Jatim Masuk Lima Besar Kasus Korupsi Tertinggi | Koran Online 26 Feb

Menurutnya, kesuksesan itu tidak terlepas dari ketangguhan mental dan kemampuan teknik atlet itu sendiri. “Kemenangan itu 75% berasal dari mental, yang lain mengikuti,” ungkapnya. ke halaman 2

Tak Paksa Anak Geluti Tinju

Meski menjadi atlet tinju berprestasi, Bugiarso membebaskan ketiga anaknya untuk mengembangkan minat dan bakatnya.

Dalam pertemuan terakhir dengan WartaBromo sekitar Oktober 2019, Bugiarso menyebut, jika Diego Fatir Al Toriq, putra pertamanya, memilih bekerja di kantoran selepas sekolah.

Kevin Fathur Ar-Razaq, putra keduanya, lebih memilih menjadi atlet bola voli di sekolahnya, SMK 2 Kota Probolinggo. Sementara putri bungsunya Jasmine Aqhia Afifah menekuni panjat tebing di SMP 2 Kota Probolinggo.

“Saya tidak memaksa anak saya untuk terjun di olahraga tinju. Sebab, olahraga ini membutuhkan tekad yang kuat dan dimulai dari keinginan pribadi. Dari cabor yang digeluti anak saya, mereka telah mengikuti beberapa kejuaraan di tingkat daerah maupun provinsi,” ucap mendiang kala itu.

Baca Juga :   AKBP R.M Jauhari Jamin Tak Ada Kekerasan Bagi Wartawan di Probolinggo

Sang jawara adu jotos ini berharap dunia tinju di Kabupaten Probolinggo semakin maju. Kehidupan atlet, baik yang sudah purna maupun yang aktif, semakin membaik dan terjamin.

Kepergian Bugiarso menorehkan duka mendalam. Terutama pada rekan sejawat maupun atlet tinju di Pertina Probolinggo.

Faisol, salah satu atlet tinju menyatakan jika sosok Bugiarso sangat tegas saat melatih. “Dedikasinya untuk mendidik atlet dengan disiplin dan berlatih keras, masih teringat jelas,” ujarnya.

Rekan pelatih almarhum, Susiadi mengungkapkan, Bugiarso merupakan pribadi yang ramah dan ‘grapyak’. Saat diminta mengisi posisi almarhum sebagai pelatih tinju di Kabupaten Probolinggo, Susiadi sempat sungkan. Apalagi sejatinya Susiadi pelatih di Pertina Kota Probolinggo.

Baca Juga :   Dua Remaja Probolinggo Dipanggil Timnas U15

“Karena beliau kan rumahnya dekat rumah saya, sempat saya bilang, kalau saya sungkan. Tapi beliau menegaskan, bahwa tidak ada masalah. Karena saat itu sedang sakit. Orangnya baik sekali,” kenang Susiadi.

Bugiarso “The Killers” tutup usia pada Rabu pagi, 13 Januari 2021. Ia berjuang melawan asam lambung, sejak 31 Desember 2020 lalu. Jenazah dikebumikan di pemakaman umum dekat kediamannya, Jalan MT. Haryono, Kelurahan Jati, Kota Probolinggo. (*) ke halaman awal

(ono)