Manisnya Bisnis Sayuran Hidroponik

334
Pembeli mengunjungi kebun hidroponik milik Fathurrahman. Foto: Heppy Lailatu Ansa.

Budidaya sayuran hidroponik masih sepi peminat. Padahal, hasilnya cukup menjanjikan. Seperti apa?

Laporan: Happy Lailatu Ansa, Probolinggo.

FATHURRAHMAN adalah satu dari sedikit petani yang merasakan manisnya bisnis sayuran hidroponik. Setidaknya, uang jutaan rupiah bisa didapat dari hasil panen sayuran ini.. Seperti salad dan juga pokcoy.

Lokasinya kebun hidroponik milik Fathurrahman itu ada di Jalan Serayu, Jrebeng Kulon, Kedopok, Kota Probolinggo.

Dari lima set media tanam miliknya, Fathur mampu mendulang rupiah sampai Rp3 jutaan dalam sekali panen. Jumlah itu, untuk jenis selada saja. Beda lagi pokcoy.

Kepada Wartabromo, Fathur merinci, setiap kilogram selada, harganya mencapai Rp 25 ribu sampai 30 ribu. “Sekali panen bisa mendapat satu kuintal. Dengan masa tanam rutin satu bulan setengah,” katanya, Sabtu (14/01/2023).

Kualitas selada yang segar dan tanpa pestisida, membuat hasil panenan Fathur masuk kelas premium. Pemasaran, dilakukan melalui jejaring komunitas sesama petani hidroponik.

“Saat ini baru Bangil dan Pasuruan saja. Jadi tiap panen mereka datang menggunakan pikup. Lalu dibawa ke sana, tidak perlu kami kirim,” jelasnya.

Proses penanaman pun tidak se rumit media tanah. Saban hari ia hanya perlu mengecek pertumbuhan tanaman.

“Tiap hari di cek suhu airnya. Serta volume air. Karena air itu pasti berkurang. Jika terlalu asam juga kami beri penurun keasaman air,” kata Bagus, rekan Fathur.

Untuk membuat tanaman hidroponik, Fathur memanfaatkan pipa PVC yang kemudian dilubangi. Setelah itu, disambungkan dengan selang untuk mengisi air.

Selanjutnya, di bagian bawah media tanam diletakkan drum besar sebagai kontainer air. Untuk mengairi tanaman di atasnya, digunakan pompa blow-up yang biasa digunakan untuk aquarium.

Air yang didorong ke atas itu nantinya akan melewati bibit yang ditanam di gabus atau spons. Berputar, lalu kembali lagi ke tangki penyimpanan air.

“Jadi air ini terus berputar. Masing-masing media kami gunakan sesuai tahapan usianya. Jadi selepas panen, ganti lagi dengan bibit yang baru. Terus begitu,” jelas Bagus.

Selain menjual ke pedagang besar di luar kota, Fathur juga melayani penjualan rumah tangga di sekitar lokasinya itu.

“Sudah beberapa kali kami coba beli, lebih segar dan gurih. Dimakan mentah begini pun sudah enak. Apalagi ada sambal dan lalapan,” tutur salah satu warga, Endang Sundari.

Kendati harganya sedikit lebih mahal dari harga di pasar, namun Endang lebih memilih untuk membeli selada dan sayuran lainnya pada Fathur.
Selain mengetahui proses penanaman, dirinya juga mendapat jaminan bahwa sayuran yang dibeli bebas pestisida.

Keunggulan lain budidaya sayuran dengan metode hidroponik ini, antara lain, lebih tahan cuaca buruk. Ada penahan plastik di bagian atas media tanam.

Faktor cuaca yang tak menentu pun bukan halangan. Serta minim hama yang merusak tanaman sayuran ini. Selain itu, untuk lahan sempit, metode hidroponik ini bisa menjadi alternatif. Karena tidak makan banyak tempat. (saw/asd)