Patrol Lesung, Antara Ramadhan dan Pelestarian Budaya

292
Semangat - Sejumlah ibu-ibu warga Kelurahan Pekuncen, Kota Pasuruan terlihat semangat bermain patrol lesung

Pasuruan (wartabromo) – Sekelompok ibu-ibu yang rata-rata berusia di atas 50 tahun keluar dari rumah masing-masing, sambil membawa tongkat kayu berukuran 1.5 meter. Mereka menuju ke sebuah tempat dimana terdapat sebuah lesung.

Ya, warga Kelurahan Pekuncen Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan tersebut ingin membunyikan lesung untuk menyanyikan lagu-lagu khas daerah sebagai salah satu cara memeriahkan suasana bulan suci ramadhan tahun ini.

Para -ibu-ibu tersebut kemudian berpatrol dengan lesung yang ada sambil menyanyikan lagu-lagu khas daerah seperti  Ilir-ilir, Tanduk Majeng dan seterusnya.

Cara yang dilakukan oleh ibu-ibu di Kota Pasuruan ini memang unik dan diluar dari kebiasaan. Pasalnya rata-rata warga lebih memilih kentongan atau bahkan drum band untuk memeriahkan susana pagi dan sahurnya.

Semangat ibu-ibu setengah baya warga kampung Pekuncen ini tampak terlihat dari cara mereka memukul-mukulkan tongkat pada lesung berukuran 2.5 meter. Sambil sedikit bergoyang pinggung, mereka terlihat menikmati setiap alunan lesung yang dianggapnya sebagai alat musik tradisional warisan nenek moyang terdahulu.

“Ini musik peninggalan mas, warisan nenek moyang yang patut dilestarikan,” ujar Hj Sutiah, wanita paru baya yang sedikit latah dan terlihat paling ceria diantara ibu-ibu lainnya.

Meski awalnya terkesan asal-asalan, namun lambat-laun, bunyi tabuh-tabuhan yang dihasilkan dari lesung tersebut menjadi alunan musik ritmis yang enak didengar dan menarik perhatian warga sekitar.

“Ini enak bisa dibuat bangunkan warga biar sahur,” tambah Nining, seorang nenek berusia 52 tahun yang tampak begitu semangat saat sejumlah wartawan mengabadikan ketangkasannya memainkan lesung.

Bagi seorang wanita seperti Nining (52), tradisi memainkan musik lesung selama bulan ramadhan adalah merupakan tradisi yang patut ia lestarikan, mengingat kian banyaknya musik modern yang kerapkali menghilangkan tradisi lama.

Bahkan, sejak 5 tahun silam, ia dan teman-temannya akhirnya berinisiatif untuk menghidupkan kembali tradisi permaian alat musik lesung tersebut.

“Kita mulai lagi sejak 5 tahun terakhir, biar tidak hilang” ujar wanita bercucu tersebut. (fyd/yog)