Sehidup Se-Milan

1015
Tim futsal Milanisti Pasuruan

Pasuruan (wartabromo) – Salah satu anggota Milanisti Sezione Pasuruan, Fikar (25),  mengaku sudah sejak kecil menyukai klub Serie A tersebut. Ia mengenal tim peraih 18 scudetto, juara serie A, itu dari ayahnya yang juga Milanisti.

Pria kurus berkacamata ini mulai tahu AC Milan dari berbagai aksesoris, merchandise dan pembicaraan soal AC Milan dari sang ayah. “Kenal Milan dari ayah,” tukas Fikar yang merupakan karyawan Telkom ini.

Fikar tumbuh dengan “darah” AC Milan. Ramaja ini semakin menggilai klub yang pernah diarsiteki pelatih legendaris, Arrigo Sacchi tersebut. Merah-hitam, menjadi warnanya sehari-hari.

Kecintaan pada AC Milan bahkan terbawa saat ia kuliah di Jember. “Saya merupakan founder Milanisti Jember. Setelah lulus dan pulang ke Pasuruan langsung bergabung dengan teman-teman (Milanisti Pasuruan),” ucapnya bangga.

Rata-rata, para anggota Milanisti Sezione Pasuruan sudah ‘berdarah’ Milan sejak kecil. Secara umum mereka memiliki anggota keluarga yang juga pecinta klub yang bermarkas di Stadion San Siro tersebut.

(Baca: Agama Sepak Bola)

Meski demikian, banyak juga yang mencintai klub peraih tujuh gelar Liga Champions itu karena kegagumannya pada salah seorang pemain. Paolo Maldini, adalah sumber kegaguman dan inpirasi. Il Capitano, pemilik abadi nomor 3 (tiga) ini merupakan simbol AC Milan yang dicintai para Milanisti, bahkan saat ia sudah gantung sepatu. Left wing back jebolan akademi Milanello  itu juga pujaan penggemar Gli Azzurri, julukan Timnas Italia.

“Ada juga yang cinta AC Milan sejak zaman klub merajai Italia dan Eropa,” jelas Oktabrianto, salah satu founder Milanisti Pasuruan.

Seperti diketahui, AC Milan pernah merajai Italia dan Eropa pada dekade 1990-an hingga awal dekade 2000. Punggawa AC Milan saat ini dikenal dengan sebuat The Dream Team, diantaranya trio Belanda Van Basten-Rijkaard-Gullit, Carlo Ancelotti hingga Maldini.

Bagaimanapun caranya hati terpaut dengan Rossoneri, namun yang pasti kecintaan para Milanisti pada si “merah-hitam” sama-sama tinggi. Meski demikian, kata Brian, kecintaan Milanisti Pasuruan khususnya dan Milanisti Indonesia umumnya, tidak pernah diwujudkan ke fanatisme sempit atau bahkan holiganisme.

Milanisti pantang berpindah hati meski beberapa musim terakhir tim pujaannya alpa juara. Mereka tetap mendukung Rossoneri meski di musim 2014-2015 harus menelan empedu mendapati klubnya terjerembab di peringkat kesepuluh klasemen. Peringkat buruk yang menjadi “dosa” capolista yang harus dibayar mahal dengan tidak tampilnya AC Milan di kejuaraan Eropa.

Pedih! Menyaksikan kenyataan bahwa tidak ada nama AC Milan dalam drawing Liga Champions Eropa bisa membuat mereka tidak nyenyak tidur. Mereka tidak bisa menerima fakta bahwa klub yang sudah tujuh kali merengkuh si “Kuping Besar” tidak tampil di ajang paling bergensi Liga Champions. Itu seperti mimpi buruk bagi Milanisti.

Namun, Milanisti sejati pantang berpindah ke lain panji. “Sehidup se-Milan” tetap mendukung Rossoneri! (fyd/fyd)