Malaysia dan Korea Siap Fasilitasi Pembatik Muda Sukorejo

1156

Pasuruan (wartabromo) – Ide kreatif Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan dalam membuat brand image “City of Matoa”, khususnya Batik, menarik perhatian dari Animation Creative Content Center (SAC 3), pusat pendidikan animasi kreatif di Sabah, Malaysia yang memiliki program terhadap pelestarian budaya lokal, serta Total Museum of Comtemporary Art, Seoul, Korea Selatan.

Mereka secara khusus berkunjung ke Kecamatan Sukorejo untuk menyaksikan langsung pembuatan batik di Sukorejo.

Rombongan yang dikepalai Nathalie Bosuan itu tak hanya melihat-lihat aktivitas membatik dari anak-anak muda di Kecamatan Sukorejo saja, melainkan akan memberikan bantuan mulai dari bantuan alat, pelatihan, pemasaran hingga mengajak para pembatik Sukorejo, untuk menikmati Musim Salju sembari memperlihatkan batik Matoa ke dunia internasional.

“Syukur luar biasa, karena apa yang kita lakukan sedikit-demi sedikit dilirik oleh pihak luar, dan ini tak tanggung-tanggung dari Malaysia dan Korea. Begitu banyak hal yang harus terus kita kembangkan untuk memajukan Sukorejo Smart,” kata Camat Sukorejo, Diano Vela Verry, saat menjamu kedatangan para tamu dari dua negara tersebut.

Baca Juga :   Radius Bahaya Bromo Dipersempit dari 2,5 KM Menjadi 1 KM

Dijelaskan Diano, kunjungan para tamu luar negeri itu berkat bantuan Sri Kholifah, pembatik Pasuruan yang kini menjadi pengajar creative design botanic di SAC 3, Malaysia. Dari tangan Kholifah, akhirnya para rombongan dari Malaysia dan Korea tertarik ke Indonesia, khususnya ke Kecamatan Sukorejo.

“Intinya para rombongan ini tertarik untuk membantu kita dalam pelestarian batik matoa. Kebetulan kita juga lagi mempopulerkan Batik Matoa ke seluruh masyarakat Kabupaten Pasuruan, ditambah lagi dengan kita membranding segala macam produk dari buah matoa, mulai dari minuman, sari matoa, brownies matoa, sampai kue-kue kering dari matoa,” imbuhnya.

Sementara itu, Sri Kholifah menjelaskan bahwa awal pertemuannya dengan para rombongan SAC 3 dan serta Total Museum of Comtemporary Art, Seoul itu adalah 3 bulan lalu, di mana mereka memiliki program pelestarian budaya yang diperuntukkan untuk 5 negara, yakni Uni Emirat Arab, Colombia, Malawi, Vietnam dan Indonesia.

Baca Juga :   Alat Peraga Calon Belum Dipasang KPU, Panwaslih Akan Kirim Surat Teguran

Dari situlah, perempuan yang akrab disapa Iva itu menunjukkan bahwa Sukorejo memiliki aktivitas ekonomi yang menggeliat, khususnya inovasi Camat Diano yang menyulap Kecamatan Sukorejo menjadi kecamatan kelas I di Kabupaten Pasuruan.

“Saya melihat pak Diano ini orangnya ulet dan mampu melihat potensi yang luar biasa dari Kecamatan Sukorejo. Dari situ saya berani memperkenalkan sekaligus meyakinkan kepada rombongan Malaysia dan Korea bahwa batik di Sukorejo bagus-bagus, karena meski masih baru, tapi sudah ada komitmen tinggi untuk melestarikannya,” terangnya.

Lebih lanjut Iva menegaskan bahwa pelatihan yang diberikan oleh Korea dan Malaysia dikhususkan bagi anak-anak muda saja, dengan harapan kegiatan melestarikan “Batik” dapat dipertahankan sampai kapanpun.

Baca Juga :   Waduh! Beredar Ancaman Peledakan Pusat Keramaian Di Probolinggo

“Bantuan yang diberikan ini bukan uang, tapi pelatihan, alat-alat membatik lengkap, sampai dengan nanti dari 21 orang peserta yang dilatih akan diambil 10 orang terbaik yang akan ke Korea untuk menikmati musim salju sekaligus berpartisipasi dalam Art Olympic di Seoul, Korea Selatan, pada 2017 mendatang,” tegasnya.

Di sisi lain, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Pasuruan, Ny Lulis Irsyad Yusuf mengaku akan mendukung langkah Kecamatan Sukorejo dalam mempopulerkan Batik Matoa ataupun produk-produk yang dihasilkan UMMK di Sukorejo.

“Saya acungi jempol untuk Sukorejo, baik Pak Camat dan Bu Camat yang sama-sama bekerja keras menciptakan tren dan cap yang baru untuk Sukorejo, salah satunya melalui batik matoa ini. Untuk itu, saya ajak semua masyarakat di manapun berada untuk datang ke Kabupaten Pasuruan dan menikmati segala pesona, termasuk Batik Matoa ini,” akunya. (mil/yog)