Terlihat Diabaikan, Perbaikan Jalur Pantura Kota Pasuruan Bikin Lalin Kacau

1211

Pasuruan (wartabromo.com) – Perbaikan jalur pantai utara (pantura) di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta, Kota Pasuruan, terlihat diabaikan. Akibatnya, pekerjaan molor hingga arus lalulintas dalam kota, kacau.

Terlihat, lalu lalang kendaraan dari arah timur menuju Surabaya, harus berbelok-belok ke dalam kota melalui Jalan Niaga lanjut ke jalan Wahid Hasyim. Laju kendaraan kemudian melintasi Jalan Sumatera berikut Jalan Hasanudin hingga kemudian dapat berbelok ke kanan menuju jalur pantura kembali.

Nah, dari sini bakal bertemu Simpang empat Soekarno Hatta, sehingga bila ingin ke Surabaya, pengemudi harus membelokkan kemudinya ke arah kiri.

Tak ayal, kemacetan dan kacaunya jalur dalam kota pun terjadi. Diketahui jalur pertama jalan Niaga, merupakan pusat kegiatan belanja, lantaran terdapat deretan toko-toko di kanan kiri jalan ini.

Baca Juga :   Video Khofifah Indar Parawansa Siap Maju Pilkada Jatim

Satlantas Polresta bersama Dishub Kota Pasuruan pun tiap hari sibuk mengatur arus lalu-lintas. Sejumlah petugas terlihat kerap kewalahan mengurai kemacetan.

Kendaraan yang melintas di jalur ini lebih banyak mobil pribadi atau kendaraan berukuran kecil lainnya. Sedangkan kendaraan dengan ukuran besar seperti bis maupun truk, diarahkan melalui jalur lingkar selatan Kota Pasuruan.

Dari sejumlah keterangan, polisi melakukan pengalihan arus lalulintas dalam kota sejak dimulainya proses perbaikan, 19 Oktober 2017. Dikabarkan, perbaikan bakal rampung pada 29 Oktober 2017 lalu. Namun, kali ini proses perbaikan terlihat berhenti atau malah terkesan diabaikan.

Kanit Dikyasa Polresta Pasuruan, Ipda Komarudin Arif mengatakan, mendapatkan informasi penyelesaian perbaikan jalan ini sekitar 26 Nopember 2017, pekan depan.

Baca Juga :   Ini Alasan Kenapa Wisata Petik Apel Tutur Patut Disukai

Dikatakan oleh Komarudin, molornya perbaikan dari rencana semula, lantaran pekerjaannya menggunakan sistem daur ulang. Aspal jalanan yang berada di sebelah selatan itu dikeruk selanjutnya diaspal kembali.

Akan tetapi dari kajian, sistem tersebut tak sesuai, hingga akhirnya diubah dengan sistem pembetonan. “Indormasi yang saya dapat. Itu lama karena kualitas betonnya bagus,” kata Komarudin. (ono/ono)