Muslim Aboge Probolinggo Lebaran Hari Ini

1808


Probolinggo (wartabromo.com) – Muslim aboge di Probolinggo, baru melaksanakan salat Id Idul Fitri 1439 H pada Sabtu (16/6/2018) pagi. Perayaan ini, selisih satu hari dari yang sudah ditetapkan pemerintah pada Jumat kemarin. Jamaah aboge ini sejak turun-temurun, berpedoman pada kalender Islam dan perhitungan jawa kuno, yakni kitab mujarobat.

Puluhan jamaah aboge di Desa Leces, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, melaksanakan salat Id tepat pukul 06.00 WIB pagi. Usai menggelar salat Id, acara dilanjutkan dengan saling bermaaf-maafan antar warga. Kemudian selamatan dengan makan tumpeng yang dibawa masing-masing warga. Makan bersama, mereka menyebutnya, sebagai simbol untuk meruwat bulan syawal.

“Islam aboge ini sudah ada sejak jaman kakek buyutnya. Bertahan hingga saat ini, karena memang diwariskan dari generasi ke generasi. Kami hidup berdampingan, dengan umat muslim maupun agama lain. Tidak pernah ada pertentangan, karena memang berprinsip pada Islam rahmatan lil alamin,” ujar Budi, salah satu warga usai salat Id.

Baca Juga :   Plafon Kelas SDN Bakalan Ambrol Nyaris Lukai Puluhan Siswa

Menurut salah satu Tokoh Aboge Kyai Buri Mariye, salat id ini sama seperti pada umumnya, pada rakaat pertama tujuh kali takbir dan rakaat kedua lima kali takbir. Baik bacaan, maupun tatacara beribadah, tidak ada yang berbeda dengan muslim pada umumnya. Perbedaan hanya terletak pada cara penghitungan waktu awal puasa, Idul Fitri dan Idul Adha.

Jamaah aboge ini perpedoman pada kitap mujarobat atau kitab jawa kuno untuk menentukan perhitungan awal puasa, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha saja. Aboge sendiri diambil dari kata Alif – Rabo – Wage.

“Sementara untuk tahun ini perhitungan penetapan lebaran jemaah aboge, adalah wal jiro. Artinya, satu syawal jatuh pada hari loro atau tanggal kedua dari bulan hijriyah. Sehingga lebaran jemaah aboge jatuh pada hari Sabtu pahing,” jelas Kyai Buri Mariye.

Baca Juga :   Prabowo-Sandi Agendakan Kampanye Akbar di Lumajang

Jamaah aboge sendiri tersebar di tujuh desa yang terdapat di 4 kecamatan Kabupaten Probolinggo. Yakni di Kecamatan Leces, Dringu, Bantaran dan Kuripan. Mereka hidup berdampingan dengan umat Muslim lainnya tanpa ada friksi terkait keyakinan tersebut. (lai/saw)