Disdikpora Probolinggo Fasilitasi Pendidikan Korban Gempa dan Tsunami Palu

1108

Probolinggo (wartabromo.com) – Pasangan suami istri Muhammad Fika Rahardika (33) dan istrinya, Shinta Permatasari (34), bisa tersenyum ceria. Pasalnya, ketiga anak korban gempa san tsunami di Sulawesi Tengah itu, bisa melanjutkan pendidikan.

Ketiga anak itu adalah Roro Kesya (12), yang duduk di kelas 6; Muhammad Naufal Kadafi (9) kelas 3, dan Roro Sabilillah (5) masih TK. Untuk Kesya dan Naufal, akan bersekolah di SDN Sukabumi 4, yang sudah menerapkan kurikulum 13. Sementara untuk Sabilillah, akan bersekolah TK Tunas Bangsa Perum Kopian, Kelurahan Ketapang.

“Syukur sudah bisa masuk sekolah lagi pada hari ini. Ketika mengungsi kembali ke kota ini, kami kebingungan. Bagaimana dengan sekolah anak-anak. Sedangkan keadaan di Palu masih dalam tahap recovery,” ujar Fika, Rabu (10/10/2018).

Baca Juga :   Koran Online 4 September : Kebakaran Bromo Meluas, hingga Seorang Jamaah Haji Kota Pasuruan Pulang Awal

Fika sendiri mengaku tinggal di Palu sejak 2009 lalu. Sebab ia merupakan salah satu ASN di Kementerian Kelautan dan Perikanan yang ditempatkan di sana. Beruntung, saat terjadi gempa bumi yang diikuti oleh tsunami, keluarga asal Kota Probolinggo ini selamat.

“Untuk sementara anak-anak akan tinggal disini, sementara saya akan kembali ke sana karena punya tugas di sana. Mudah-mudahan mental anak-anak sebagai penerus bangsa, tidak sampai mengalami trauma parah. Apalagi sampai membekas,” harapnya.

Sementara itu, Kabid Pendidikan Dasar (Pendas) Disdikpora, Budi Wahyu Rianto, mengatakan pemerintah berupaya untuk memfasilitasi pendidikan anak korban bencana itu. Ketiga anak Fika dapat melanjutkan pendidikan, tanpa mengikuti aturan zonasi yang sudah berlaku. Melainkan melalui jalur khusus, sesuai pilihan orang tua siswa.

Baca Juga :   Dua Paslon Walikota-Wakil Walikota Probolinggo Daftar di Hari Kedua

“Yang penting anaknya masuk sekolah dulu, walaupun sifatnya sementara selama masa recovery dan trauma healing. Kami bantu semaksimal mungkin. Pendidikan anak itu tidak boleh putus karena suatu hal. Apalagi mereka merupakan korban bencana,” kata Budi. (lai/saw)