Ini Mitos-mitos Gerhana Matahari Cincin di Berbagai Negara

1706

Pasuruan (Wartabromo.com) – Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang hari ini diperkirakan menjadi kota yang bisa mengamati gerhana matahari cincin. Beberapa mitos tentang gerhana matahari pun turut mewarnai.

Contohnya saja yang paling terkenal, larangan keluar bagi wanita hamil. Calon ibu diminta untuk tetap berada di dalam rumah selama masa gerhana.

Bahkan, wanita hamil diminta memakai logam untuk menutupi bayi mereka sebagai langkah keamanan. Mereka juga diminta untuk tidak makan makanan yang dimasak dari sebelum gerhana.

Nah ternyata, itu bukan satu-satunya mitos terkait gerhana matahari cincin. Mengutip tempo, ada berbagai mitos yang berkembang di beberapa negara saat gerhana matahari cincin.

Mau tahu? Yuk simak ulasannya!

Baca Juga :   Begini Tata Cara Sholat Gerhana

1. Dalam legenda Yunani kuno, gerhana matahari disebut sebagai penyebab dewa marah. Bahkan, dipercaya sebagai tanda awal bencana dan kehancuran.

2. Berbeda dengan Yunani kuno, yang mempercayai gerhana membawa bencana. Penduduk Transylvania percaya, gerhana dapat menyebabkan wabah.

3. Mitos yang dipercaya warga Armenia adalah kegelapan selama gerhana. Hal tersebut disebabkan oleh seekor naga yang menelan matahari dan bulan saat terjadi gerhana.

5. Negeri ginseng Korea, lain cerita. Cerita rakyat yang berkembang di sana menyebutkan, gerhana matahari terjadi karena anjing berusaha mencuri Matahari.

6. Negeri kita Indonesia juga punya mitos yang berkaitan dengan gerhana matahari. Warga Indonesia percaya, ketika gerhana matahari, roh iblis tengah mencoba memakan matahari. Namun, panas membakar lidah iblis ketika dia meludahkannya.

Baca Juga :   Koran Online 18 Sept : Jambret Terjatuh saat Tarik Tas Korban Nyaris Dimassa, hingga Warga Pasuruan Minta Jokowi Tuntaskan Sengketa Tanah dengan TNI AL

Wah, macam-macam ya?

Sekadar diketahui, berbagai penjuru dunia memang memiliki interpretasi dan kisah masing-masing tentang gerhana matahari. Pasalnya, orang kuno terdahulu menganggap matahari sebagai sumber energi dan cahaya. Jadi, ketika terjadi gerhana, mereka seakan mendapat ancaman.

Nah, sebagai manusia yang bijaksana, diharapkan dapat menerima segala perbedaan yang ada. Setiap orang berhak mempercayai apa yang mereka yakini, selama tak ada yang dirugikan. (bel/may)