Mereka Yang Bertahan di Tengah Hempasan Wabah

1182

Menurutnya, dengan segala potensi lokal yang dimilikinya, masyarakat desa lebih bisa bertahan ketimbang warga perkotaan yang mengandalkan penghasilan dari industri atau jasa.

“Di desa, masih ada lahan yang memungkinkan warga untuk kreatif. Dengan bercocok tanam atau lainnya. Ini yang sulit dilakukan masyarakat perkotaan. Potensi apa yang ada di desa, itu coba kita dorong terus,” lanjutnya.

Nah, kreativitas itu pula yang akhirnya dilakukan sekelompok warga di Dusun Magersari, Desa Pleret, Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan.

Himbauan pemerintah untuk beraktivitas di rumah mereka manfaatkan untuk membudidayakan labu madu. Kendati semula hanya dimaksudkan sebagai pengisi waktu saat pandemi, kini mereka mulai menikmati hasilnya.

 

Baca Juga :   Untung Suropati, Mantan Budak yang Terlibat Asmara dengan Putri Majikan
JADI ALTERNATIF: Budidaya labu madu oleh warga Magersari, Pleret, Kabupaten Pasuruan. Tanaman ini kini menjadi komoditas unggulan saat pandemi. Foto: Romadoni.

Menempati lahan seluas 8×30 meter, labu madu yang mereka tanam saat awal pandemi sudah beberapa kali panen. “Dari lihat YouTube, akhirnya dicoba, ternyata berhasil,” kata Sukarto (47) soal idenya menanam labu madu itu.

Sukarto mengaku, dari 50 pohon labu madu yang dikelolanya, ia bisa meraup Rp 3-4 juta setiap bulan. “Di supermarket, harganya sampai Rp 40 ribu per kilogram. Bisa dipakai tambahan penghasilan,” jelasnya.

Pengamat Sosial Universitas Gajah Mada (UGM) Wawan Masudi mengungkapkan pandangannya terkait kemampuan desa untuk lebih bertahan di tengah pandemi ini.

Desa, kata dia, memiki kekuatan berupa modal sosial dan soliditas yang lebih kuat ketimbang warga perkotaan. “Karakter masyarakat desa itu sangat kuat pada sisi soliditasnya. Ini yang harus dimaksimalkan untuk menyiasati keterbatasan negara,” terangnya dalam sebuah webinar yang digelar Agustus lalu.

Baca Juga :   Pohon Toleransi di Timur Jawa

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) yang dirilis Agustus lalu, pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah hempasan pandemi, selain kesehatan.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi Jatim per triwulan II tahun ini terkontraksi minus 5, 90 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (Y-o-Y). Tetapi, sektor pertanian berhasil tumbuh 7, 14 persen di bawah sektor kesehatan (8, 95 persen) dan telekomunikasi (10, 39 persen). (*)