Kisah Mantan Pemandu Wisata, Terpuruk hingga Bangkit karena Wabah

1647

Hampir 4 bulan susah payah di tanah rantau. Sampai suatu ketika ia merasa lapas, sementara duit di kantong sudah tak ada lagi. Orderan ojek online dari pagi juga tak ada.

Nekat, As’ad mengambil makanan yang ada di pure untuk dimakan. “Saya sampai makan sajen-sajen di pure Mas, saya nggak tau mau makan apa lagi,” katanya bercerita sambil disaksikan oleh sang istri.

Pada April, As’ad memutuskan untuk pulang ke tanah kelahirannya di Kota Pasuruan. Karena tak punya uang, ia pun meminta tolong temannya untuk menumpang.

Beberapa akuarium unik buatan As’ad. Foto: A. Romadoni.

“Akhirnya saya pulang dengan keluarga saya, teman saya membantu Alhamdulillah dengan tumpangan gratis,” tadasnya.

Sekembali ke rumah, As’ad mulai berpikir untuk kembali menata ekonominya yang di ujung tanduk. Pengalamannya menjadi pemandu wisata sebagai modal.

Saat itulah, ide kreatifnya muncul. Dengan modal tujuh juta rupiah yang ia dapatkan dari menjual sepeda motor miliknya, ia memulak dengan membuat akuarium unik pada pertengahan April lalu.

Baca Juga :   Juara Bertahan Bromo Marathon itu Ternyata Peternak Burung asal Singosari

Pembuatan awal yakni 50 buah akuarium, dengan dibantu oleh Alwi Hasan (39) kakaknya. Dikerjakan di pekarangan rumah dengan ukuruan 5×7 meter, keduanya mulai beraktifitas.

Butuh ketelitian ekstra untuk membuat bentuk kayu bervariasi. Dua minggu berselang, proses pembuatan 50 kayu untuk dudukan akuarium pun telah selesai.

Setelahnya, ia harus pergi ke Gianyar, Bali untuk melakukan finishing. Hal itu dilakukan karena di Pasuruan tidak ada tempat untuk membentuk kaca akuarium sesuai dengan desain kayu yang sudah diproses sangat unik itu.

“Saya pun harus pergi ke home industri yang ada di Bali, untuk proses finishing, yakni peniupan kaca untuk merubah bentuk sesuai dengan desain kayu,” katanya.

Baca Juga :   Mahasiswa dan Warga Sulap Limbah Kerang Jadi Kerajinan

Bahan-bahan pembuatan akuarium terbilang susah untuk didapatkan, ia harus pergi ke Gresik dan Tuban untuk membeli kayu fosil jati dan kayu gamal, usia kayu pun bisa mencapai ratusan tahun lamanya. Kayu itu digunakan agar akuarium bernilai seni tinggi.

Proses pembuatan 50 buah akurium unik dengan ukuran tebal kaca 4 milimeter itu telah selesai dibuatnya.

Pemasaran produk ia lakukan dengan caranya sendiri, yakni dengan melapak dipinggir jalan, sekitar Gor Untung Suropati Kota Pasuruan. Selain itu, ia juga mejajakan produknya di dunia maya, ada Facebook hingga Instagram.

Tak tanggung-tanggung, 50 buah akuarium yang ia jual, laku hanya dengan waktu satu minggu saja. Omsetnya bisa mencapai 15 juta rupiah.

“Alhamdulillah setelah sekian bulan lamanya saya hidup susah payah. Akhirnya bisa bangkit,” tuturnya.

Baca Juga :   Maket-Diorama Bikinan Pemuda Pasuruan ini Tembus Kalimantan hingga Sumatera

Corona memang membuatnya terpuruk, menghidupi keluarganya hanya dengan berhutung dan kerja serabutan.

“Corona membuat saya hampir mati kelaparan! Tapi tuhan berkata lain, alhamdulillah saya bisa bangkit dan meraup puluhan juta dari akuarium unik yang saya buat” tutur Asad.

Usahanya terus berkembang pesat, bahkan ia bisa memperoleh omset Rp 25 juta hanya dengan waktu satu bulan saja. “Alhamdulillah, allah memberikan jalan bagi keluarga saya.”

Akuarium yang dijualnya mempunyai harga bervariasi yakni mulai Rp 95 ribu sampai Rp 1,5 juta.

Pesanan pun datang dari seluruh penjuru negeri. Seperti Gresik, Banyuwangi, Probolinggo, Pasuruan, Surabaya, Gresik, Lamongan, Jakarta, Sukabumi, hingga Malaysia.

Bahkan ia juga mempunyai pelanggan dari perhotelan di wilayah Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Kini, ekonomi As’ad yang sempat terpuruk imbas pandemi mulai kembali bangkit. (*)