Untuk Bangkit, Pelaku Ekonomi Kreatif Harus Taat Protokol dan Beradaptasi

807

Jakarta (wartabromo.com) – Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi salah satu sektor yang terdampak oleh pandemi COVID-19. Kendati begitu, Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus berupaya membuat industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa bertahan melewati pandemi, baik dari kampanye, pelatihan, membuka akses antara pelaku ekonomi kreatif dengan Over-The-Top (OTT), hingga memberikan stimulus ekonomi seperti Bantuan Hibah Pariwisata dan Bantuan Insentif Pemerintah yang telah diluncurkan tahun ini.

Prabu Revolusi, Juru Bicara Kemenparekraf dalam Dialog Produktif bertema ‘Industri Kreatif Melawan Hantaman Pandemi’ mengatakan, perhatian Kemenparekraf saat ini adalah memastikan semua pelaku industri memahami protokol kesehatan.

“Industri ekonomi kreatif mau tidak mau harus beradaptasi dengan protokol kesehatan, ini penting untuk dipahami agar ditanggapi dengan serius. Untuk itu kami membuat platform sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment) untuk segera diadopsi.

Skenario stimulus juga tetap kita pikirkan, di 2020 kita sudah melakukan Bantuan Insentif Pemerintah, di tahun 2021 akan ada perhatian khusus di 16 sub sektor dan sesuai kebutuhan masing-masing sub sektor”, terang Prabu Revolusi.

Hingga saat vaksin sudah bisa diakses masyarakat nantinya, ini akan memberikan wajah baru bagi sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Efeknya bisa berdampak kepada, hotel yang bisa kembali beroperasi, restaurant kembali hidup, bioskop juga kembali buka, dan kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) juga bisa kembali dijalankan.

“Memang menurut data kami, pelaku-pelaku yang adaptif dan melakukan transformasi digital bisa bertahan sampai saat ini, namun tidak semuanya mampu seperti itu. Kemenparekraf pun menjalankan program inkubasi untuk pembuat film dengan memberikan insentif agar lebih memahami platform digital dan penulisan skenario yang lebih adaptif dengan kondisi pandemi”, tambah Prabu.

Kondisi tersebut menuntut pelaku ekonomi kreatif untuk adaptif dan melakukan transformasi digital.

“Cepat atau lambat kita memang harus beradaptasi dengan digital, karena menurut saya bioskop bukan satu-satunya media untuk berkarya bagi pembuat film saat ini. Platform tidak harus bioskop, bisa televisi, bisa digital, karena mengedukasi masyarakat itu penting, ” ujar Lola Amaria, Sutradra.

Selain itu, harapan bagi vaksin COVID-19 juga disampaikan oleh Lola Amaria.

“Mudah-mudahan vaksin cepat terdistribusi dengan baik dan semua sektor sudah bisa kembali seperti semula sebelum pandemi”, ujarnya. (yog/yog)