Kedepankan Sociopreneur, Pembatik Binaan Pertamina Ini Pertahankan Cara Tradisional Agar Serap Banyak Pekerja

843

 

Tuban (WartaBromo.com) – Upaya PT Pertamina (Persero) dalam melestarikan kebudayaan Nusantara diwujudkan dalam banyak hal. Salah satunya dengan membina banyak perajin kain baik.

Hingga kini sudah ada sekitar 271 perajin batik di seluruh Indonesia yang dibina Program Kemitraan Pertamina. Mereka diberi pendampingan dan program agar usahanya bisa berkembang hingga naik kelas.

Salah satu perajin batik binaan Pertamina adalah Zaenal Abidin. Pemilik UKM Batik Gedog Zaenal ini cukup kuat memegang ke khasan dari batik khas Kabupaten Tuban, Jawa Timur ini. Terutama cara produksinya yang dinilai masih tradisional. “Cara tradisional akan membutuhkan banyak pekerja sehingga lapangan kerja pun terbuka luas,” tuturnya.

Baca Juga :   Pertagas Kembali Distribusikan Bantuan di Tengah Covid-19

Selain itu, karena dikerjakan oleh manusia, maka kualitas dari kain batik yang dihasilkan pun bisa terjaga. Mulai dari segi motif, warna, hingga corak bisa benar-benar diperhatikan ketimbang memakai mesin. Tak ayal, jumlah pekerja yang diberdayakan Zaenal pun jumlahnya mencapai ratusan orang. Mereka terdiri dari para ibu rumah tangga dan warga yang membutuhkan pekerjaan.

“Untuk jumlah karyawan tetap ada 25 orang. Sedangkan karyawan yang ambil garapan untuk dibawa pulang ada sekitar 100 orang,” jelasnya.

Upaya ini menjadi salah satu implementasi dari SDGs tujuan ke-8. Yakni menyediakan pekerjaan yang layak dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Serta penerapan ESG di bidang sosial.

Zainal mengawali perjalanan kariernya dengan memasarkan batik milik temannya ke pulau Bali. Dan ia selalu menghabiskan dagangan tersebut. Otomatis bapak dua anak ini mendapatkan banyak pelanggan di pulau dewata. Itu membuat Zainal ingin memproduksi batik Gedog tulis sendiri. Dan baru terwujud pada tahun 1978. Ia membuka usahanya di Desa Jarorejo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban.

Baca Juga :   Pertamina Grand Prix of Indonesia: Energi untuk Berani Melesat

Harga dipatok untuk produknya berkisar mulai dari Rp 50 ribu hingga paling mahal Rp 1 juta per lembarnya. Produknya sudah dipasarkan di sekitar wilayah Tuban, Bali hingga Jakarta.

Dibantu promosi lewat media sosial @batikzaenal, pemasarannya pun makin meluas lagi. Hingga ia dapat meraup omzet sekitar Rp 150 juta per bulannya.

Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto menambahkan, Pertamina akan terus mendukung pengembangan produk-produk kebudayaan lokal agar lebih mendunia. Apalagi batik sendiri kini sudah menjadi warisan budaya dunia.

“Semua ini harus kita jaga dengan cara melestarikan perajin batik dan membantu mereka agar tetap bertahan dan naik kelas menjadi UKM yang Go Global” tutupnya. (day/*)