Inflasi Kota Probolinggo Nomor 4 di Jatim

783

Probolinggo (WartaBromo.com) – Inflasi di Kota Probolinggo pada Maret 2021 sebesar 0,69 persen. Angka tersebut naik 0,18 persen dibanding bulan lalu, hingga membuatnya masuk peringkat 4 se Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo mencatat inflasi pada Maret 2021 sebesar 0,69 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,15 persen.

Komoditas yang memberi andil terbesar terjadinya inflasi adalah cabai rawit dengan 0,1685 persen. Disusul dengan bawang merah sebesar 0,0329 persen, daging ayam ras 0,0239 persen, dan udang basah 0,0139 persen.

“Cabai rawit merupakan komoditi menyumbang inflasi tertinggi di Kota Probolinggo,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo, Heri Sulistio melalui Kasi Distribusi M. Machsus pada Rabu, 14 April 2021.

Baca Juga :   Mantan Kadinkes Resmi Jabat Sekda Kota Probolinggo

Pada Maret, Bumi Banger mengalami inflasi bulanan sebesar 0,18 persen, tahun kalender 0,51 persen, dan inflasi tahunan sebesar 1,56 persen. Kenaikan itu, membuat Kota Probolinggo menduduki posisi keempat di Jawa Timur. Di atas Kota Surabaya dan Malang.

Adapun inflasi tertinggi terjadi di Jember 0,45 persen, Banyuwangi 0,31 persen, disusul Kota Madiun 0,19 persen. Kemudian Probolinggo 0,18 persen, Kediri 0,15 persen, Sumenep 0,12 persen, Surabaya 0,09 persen, dan Malang 0,08 persen.

Inflasi di Kota Probolinggo terjadi karena adanya kenaikan IHK pada sejumlah kelompok pengeluaran. “Sesuai data, dari 11 kelompok pengeluaran komoditas yang ada, sebanyak empat kelompok mengalami inflasi, dua kelompok mengalami deflasi, dan lima kelompok tidak mengalami perubahan indeks,” terang Machsus.

Baca Juga :   Pemkot Tak Respon, Akses Jalan ke Kelurahan Triwung Lor Terancam Ditutup

Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Asekbang) Kota Probolinggo, Setiorini Sayekti menyebut inflasi pada sektor komoditi dimungkinkan terjadi karena berbagai faktor. Di antaranya faktor musim, ketersediaan produksi di petani.

“Ini menjadi menjadi perhatian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), agar inflasi dapat ditekan,” katanya.

Masyarakat kata Setiorini, harus bijak dalam berbelanja saat Ramadan. Menurutnya, bahan pangan tertentu dimungkinkan mengalami kenaikan cukup drastis. Seperti daging ayam, daging sapi, telur.

“Masyarakat biasanya ada tradisi (megengan), belum lagi untuk persiapan berbuka puasa, dan lain-lain. Mohon bisa lebih bijak dalam berbelanja. Kenaikan konsumsi akan memicu inflasi,” tandas dia. (lai/saw/ono)