Suara Alumni Terbelah soal Polemik SMAN Bangil, Dewan Bakal Panggil Diknas Provinsi

1442

 

Bangil (WartaBromo.com) – Perubahan Lembaga SMAN 1 Bangil menjadi SMAN 1 Taruna Madani masih terus menjadi polemik. Ada yang pro namun juga banyak yang kontra. Termasuk para alumni lulusan dari sekolah yang sama.

Salah satu alumni, Moh Sodiq dalam sesi Podcast, Kamis (30/12) kemarin, menyatakan pro perubahan. Alumnus Angkatan pertama SMANBA ini menilai perubahan adalah sesuatu yang wajar. Asalkan perubahan itu menuju yang lebih baik. “Terus apanya yang mau dipermasalahkan. Saya dulu waktu SMAN Bangil belum sepenuhnya jadi, saya belajar sore di gedung SMPN 1 kok. Terus pindah ke SMPN 2 juga. Saat SMAN 1 Bangil sudah selesai dibangun baru kita bisa sekolah disana. Semua itu proses. Semua butuh perjuangan,” ujar pria asal Rembang yang kini bertugas di Jakarta.

Sodiq tidak menampik jika perubahan lembaga akan menuai pro kontra. Hanya saja dirinya menyayangkan kalau perubahan lembaga ini tidak disikapi dengan kepala dingin dan hanya kata “Pokoke”.

Baca Juga :   Ini 3 Jurusan Kuliah Paling Diminati Tahun 2021 dan Kisaran Gajinya di Masa Depan

“Saya dengar dari WA Grup, ada yang bilang Pokoke kudu SMANBA. Untuk Siapa Sekolah Mahal. Kembalikan SMANBA dan seterusnya. Ya boleh-boleh saja. Tapi kita harus memahami perubahan Lembaga ini secara utuh. Jangan sepotong-sepotong,” tegas pria yang pernah menjabat KPU Kabupaten Pasuruan ini.

Sebagai Alumni SMANBA, Sodiq merasa bangga jika lembaganya berubah menjadi SMAN 1 Taruna Madani. Para siswanya akan diberikan pembekalan pembelajaran. Tidak hanya pandai secara akademik. Namun, juga kedisiplinan atau kesamaptaan, juga juga agama.

“Saya kira nanti juga semua agama tetap mendapat layanan yang sama. Namun untuk yang muslim, ada tambahan pembelajaran agama dan bahasa arab yang lebih canggih. Kalau ini rencana dan cita-cita yang baik kenapa ditolak. Saya kira ini hanya orang yang cemburu atau takut saja tidak diterima saja,” tegasnya.

Hal berbeda disuarakan Chairil Muhlis. Aktivis LSM asal Bangil ini mengaku kurang setuju jika SMAN 1 Bangil menjadi Taruna Madani. Persoalannya yang paling mendasar adalah soal biaya dan aspirasi masyarakat Bangil.

Baca Juga :   STKIP PGRI Pasuruan Lantik Direktur Pascasarjana

“Janganlah kalau aturan itu menguntungkan kita, terus kita bersikeras menerima dan harus dilaksanakan. Sebaliknya, kalau aturan itu merugikan kita, kita langsung menolaknya. Misalnya proporsi SMA yang katanya sudah terlalu banyak. Jadi kita tidak bisa bangun baru lagi. Ya jangan terus aturan itu dibuat saklek. Intinya, kalau SMAN 1 Taruna Madani ini buat baru, dan SMAN 1 Bangil tetap ada, ndak akan terjadi gejolak seperti ini,” tegas Muhlis dalam layar google meeting, Kamis sore (30/12).

Menurutnya, ia bersama alumni yang lain akan mengkaji soal legalitas dari adanya perubahan SMANBA ini. Termasuk juga soal pungutan, SPP atau LKS. “Kalau saya lihat kuota anak-anak dari SMP ke SMANBA ini kan cukup besar. Kalau tidak terwadahi di SMANBA, terus mereka mau kemana. Kalau swasta juga tetap mahal,” cetusnya.

Baca Juga :   Khofifah: SPP Siswa SMA/SMK Negeri di Jatim Gratis

Pendapat yang kontra perubahan Lembaga SMANBA juga bisa dilihat dalam petisi alumni. Sampai saat ini, dari 2.500 tanda tangan di platform Charge.org yang diupload alumni, sudah ada 2.036 orang yang membubuhkan tanda tangan. Hanya saja, jika diselidiki lebih dalam tanda tangan ini pun belum sepenuhnya murni dari Alumni SMANBA sendiri. Karena siapapun bisa tanda tangan petisi tersebut.

Berbicara soal legalitas, Kepala SMANBA Imron Rosidi menjelaskan, tentu dengan adanya Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani November 2021 lalu, maka pihak Diknas Propinsi Jatim tentu sudah memiliki legalitas formal yang kuat.

Tentang pungutan, Imron juga menjelaskan, bahwa apa yang dilakukan lembaganya itu adalah bentuk infaq atau sumbangan. Tidak ada unsur paksaan. Bahkan, banyak dari orang tua siswa yang merasa tidak mampu membayar senilai Rp 150 ribu, ia bebaskan. Dan ijazahnya tidak ditahan.