Gading (WartaBromo.com) — Sore itu, matahari belum tenggelam sepenuhnya di balik perbukitan Gading, tapi ketegangan sudah lebih dulu jatuh di halaman rumah Kepala Desa Ranuwurung, Abdul Latip.
Sekitar pukul 16.30 WIB, Rabu, 4 Juni 2025, seorang pria berkaus hitam mendekat dari arah jalan tanah. Di tangan kanannya tergenggam celurit panjang, sedang di tangan kirinya pisau krambit yang melengkung tajam seperti kuku harimau. Ia melangkah mantap ke arah rumah Latip, lalu tanpa banyak bicara, mengayunkan senjata ke arah sang kades.
Korban sontak mundur. Refleks tubuh menyelamatkan nyawa. Abdul Latip berlari masuk ke rumah, menutup pintu, mengunci kamar, dan diam dalam ketakutan. Di luar, pria itu masih meraung-raung. Warga sekitar mulai berdatangan, tapi tak ada yang berani mendekat.
Nama pria itu Antono, warga Dusun Petong, desa yang sama. Kepolisian Sektor Gading mengenalnya sebagai warga biasa, tapi hari itu ia berubah menjadi bayang-bayang kekerasan yang menyasar kepala desa di kampungnya sendiri.
“Pelaku kami amankan malam harinya di rumahnya di Desa Gading Wetan,” kata Kapolsek Gading, Iptu Ahmad Jamil, Sabtu, 7 Juni 2025.
Penangkapan dilakukan beberapa jam setelah korban melapor. Di tangan Antono, polisi menyita satu celurit, satu pisau krambit, dan satu pisau penusuk. Ketiganya masih dalam kondisi siap pakai.
Motif penyerangan belum resmi diumumkan. Namun polisi menduga kuat, aksi itu berkaitan dengan konflik lama yang belum usai: Pilkades. Pemilihan kepala desa Ranuwurung yang berlangsung beberapa waktu lalu memang menyisakan luka. Abdul Latip menang. Tapi rupanya, tak semua bisa menerima hasilnya.
“Motif belum final, tapi indikasinya mengarah ke persoalan pilkades sebelumnya,” ujar Jamil.
Kini Antono ditahan dan dijerat dengan pasal kepemilikan senjata tajam tanpa izin dan perbuatan tidak menyenangkan. Sementara Abdul Latip, meski selamat secara fisik, masih bergulat dengan bayangan ancaman yang bisa datang kembali sewaktu-waktu.
Bagi sebagian warga, kekerasan ini menjadi pengingat bahwa pilkades bukan sekadar pesta demokrasi lokal. Ia bisa menjadi ladang api, menyala dari bara yang disimpan terlalu lama. (aly/saw)