Berharap Hujan Turun Lewat Tradisi Mandih Cellot

1040
Tradisi Mandi Lumpur
Tradisi Mandih Cellot, wujud ritual minta hujan yang digelar petani di Tongas, Kabupaten Probolinggo

Tongas (wartabromo) – Dilanda kemarau panjang, ratusan petani di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur  menggelar tradisi mandih cellot atau mandi lumpur, Senin (21/9/2015). Mandih cellot  dilakukan di area persawahan berlumpur untuk meminta hujan, agar petani tidak kesulitan air saat musim tanam padi dimulai.

Tradisi ini dilakukan ratusan warga Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo. Mereka memulai tradisi mandih cellot  dengan melepas lima ekor bebek ke tengah sawah penuh lumpur, yang diikuti aksi saling rebut bebek.

Selanjutnya, para petani bergantian menceburkan petani lainnya ke tengah lapangan lumpur. Petani berusaha melumuri petani lain, agar semua berlumuran lumpur.

“dengan saling membasuh lumpur, kami berharap hujan segera turun, sehingga petani dapat memulai menanam padi,” tutur Misnaki, salah satu peserta mandih cellot kepada wartabromo.com.

Baca Juga :   Apresiasi Santri Berwirausaha, Jokowi Janji Berikan Modal Usaha

Tradisi mandih cellot seolah menjadi solusi dalam menyikapi kemarau panjang tahun ini. Tradisi ini dimaknai sebagai ritual meminta hujan, agar para petani tidak kekurangan suplai air.

Desa Tanjung Rejo termasuk kawasan yang dilanda kekeringan, sedikitnya 40 hektar sawah tidak terairi.

Sedangkan untuk keperluan air lapangan lumpur, warga menggunakan sisa air dari sumur bor.

“Kami memompanya dari sisa-sisa air sumur bor yang masih ada airnnya.” ungkap Edi Agus Purwanto.

Sebelum mandih cellot digelar, para petani dan muspika menggelar arak-arakan seni kuda kencak berkeliling desa dengan tabuhan seni musik tradisional.

Selain ritual meminta hujan, dengan tradisi mandih cellot, para petani berharap, Pemerintah Kabupaten Probolinggo, memperhatikan nasibnya. Petani meminta, pemerintah segera mewujudkan penggalian sumber mata air yang lebih besar, agar krisis air tidak terjadi lagi. (saw/hrj)