Santri Pasuruan Prihatin Konten Hoax di Medsos Terus Berkembang

811

Pasuruan (wartabromo.com) – Kabar hoax atau ujaran kebencian (hatespeech) di media sosial menjadi keprihatinan santri di Pasuruan. Konten lebih berisi fitnahan itu diharap dapat diperangi bersama.

Hal itu mengemuka dalam pelatihan jurnalistik bertajuk ‘Kupas Tuntas Jurnalistik dalam Media Sosial’, digelar oleh Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (HMASS) bekerjasama dengan Media Online lokal WartaBromo di gedung Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS), di Kraton, Pasuruan, Minggu (28/1/2018).

Dari serangkaian diskusi, selain membincang dunia jurnalistik dan teknik-tekniknya, peserta kerap menyinggung masih kuatnya kabar bohong dan ujaran kebencian, beredar di media sosial (medsos).

Intinya, peserta mencoba mencari upaya-upaya pencegahan, yang disebutkan sejumlah peserta, dapat digunakan untuk memfilter hoax agar tidak terus berkembang.

Baca Juga :   Cegah Penyebaran HIV/AIDS, Dinkes Fokus Pantau Ibu Hamil dan Penderita TB

Selanjutnya dalam kelas pelatihan itu, terdapat semacam kesepahaman bersama, santri Pasuruan setidaknya harus mampu memiliki pengendalian diri hingga melakukan tabayyun (klarifikasi). Salah satu bentuk memerangi tersebut, dengan memastikan sumber atau asal kabar yang dianggap tidak tepat itu, dari mana.

Ketua PC HMASS Pasuruan, Mokhammad Sahrullah usai pelatihan mengungkapkan, hal lain yang perlu dijadikan perhatian, adalah bagaimana santri Pasuruan bijak memanfaatkan medsos, hingga dapat dijadikan ke arah yang lebih positif dan konstruktif.

“Itulah kenapa, HMASS bersama IASS, memulainya dengan membekali, cara menulis dengan baik (sisi keredaksian maupun isi), dalam ber-medsos,” ujar Sahrullah.

Dilanjutkan, dengan pelatihan kali ini, harapannya santri yang tergabung di HMASS dan IASS, dapat mengambil peranan sebagai salah satu penolak konten hoax di medsos.

Baca Juga :   Optimalkan Pencarian Pelajar Pasuruan Terjatuh di Gilimanuk, Tim Penyelamat Sisir Jalur Darat

“Agar nanti bisa aktif berperan secara positif,” imbuhnya.

Diketahui, dengan 117 juta akun medsos berupa Facebook, konten negatif tersebut sepertinya tidak dapat lagi terbendung. Sehingga share kabar yang tidak jelas sumbernya atau hoax daripada (berita) yang lebih kredibel, terus terjadi.

Disisi lain sempat terungkap, keberadaan media siber (media online) di Indonesia berkisar 43 ribu hingga 47 ribu. Hanya saja semua belum bisa terverifikasi sebagai sebuah lembaga kridebel. Pasalnya, tidak semua dari media siber tersebut menyajikan konten faktual atau berita yang telah disusun melalui proses verifikasi dan berimbang. (ono/ono)