Pasokan Daging Ayam di Kota Probolinggo Bergantung Peternak Luar Daerah

1652

Probolinggo (wartabromo.com) – Minimnya peternak, menjadi pemicu langkanya pasokan daging ayam di Kota Probolinggo. Sebab, tak ada peternak ayam pedaging berskala besar di kota pesisir utara Jawa ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) Kota Probolinggo, Sukarning Yuliastuti menuturkan, kelangkaan daging ayam potong karena pedagang mengandalkan pasokan dari luar daerah. Sebab, di Kota Mangga ini, minim peternak ayam pedaging berskala besar dan hanya ada perternak berskala kecil. Sehingga pedagang lokal tak mampu memenuhi kebutuhan pasar.

““Peternak sini tidak mampu memenuhi kebutuhan daging ayam. Ya harus didatangkan dari luar,” kata Sukarning, Kamis (3/5/2018).

Sukarning menjelaskan, peternak kecil di Kota Probolinggo hanya memelihara ayam antara 100 sampai 200 ekor. Padahal kebutuhan daging ayam di Kota Probolinggo berkisar antara 28 sampai 30 ton per hari. Sehingga, memenuhi kebutuhan daging ayam, disuplai dari luar daerah.

Baca Juga :   KPU Tak Bisa Diskualifikasi HATI yang Enggan Ikuti Debat

Menurutnya, ada dua alasan masyarakat enggan beternak ayam pedaging berskala besar. Pertama, adalah ketersediaan lahan terbatas. Kedua, kerapnya komplain warga, karena mereka tidak mau lingkungannya ada bau kotoran ayam.

Kondisi seperti ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi warga Kota Probolinggo. Sebab, jika stok ayam di luar daerah berkurang, juga akan berdampak di Kota Probolinggo. Sedangkan, peternak ayam di wilayahnya tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar.

“Seperti sekarang, stok habis, ayam langka. Otomatis harga naik,” ungkapnya.

Menurut Edi Santoso, salah satu pengepul ayam, kesulitan mencari ayam sudah dirasakan sejak akhir 2017. Sebagai pedagang besar, ia kesulitan untuk mendatangkan ayam dari peternak besar. Bahkan sejumlah peternak besar yang dihubungi olehnya, rata-rata mengaku kehabisan stok.

Baca Juga :   Ini Dia Batik Sirih dan Pusaka Suropati, Khas Kota Pasuruan

“Memang stok di peternak berkurang. Kami sering tidak dapat jatah karena diambil pedagang luar daerah yang juga membutuhkan,” terang Edi. (fng/saw)