Ini Rute Arakan Ogoh-ogoh Di Lereng Bromo

2393

Probolinggo (wartabromo.com) – Umat Hindu Tengger di Kabupaten Probolinggo akan merayakan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka 1941, Kamis (7/3/2019). Namun sebelum itu, mereka melaksanakan Tawur Kesanga atau Tawur Agung dengan menggelar pawai Ogoh-ogoh.

Upacara ini dipusatkan di Jurang Kendil, Desa Sumberanom, Kecamatan Sumber. Setidaknya ada 30 unit Ogoh-ogoh yang akan diarak. Yakni dari Desa Wonokerso ada 10 unit, Sumberanom ada 5 unit, Ledokombo ada 10 Ogoh-ogoh dan Pandansari ada 5 unit.

Ogoh-ogoh itu, akan dibawa dari desa masing-masing oleh warga menuju Curah Kendil, Sumberanom. Sebelum dibawa biasanya diarak keliling desa terlebih dahulu. Arak-arakan dari Desa Pandansari dan Ledokombo, akan menempuh rute masing-masing sekitar 3 kilometer. Sedangkan arak-arakan dari Desa Wonokerso, menempuh rute sekitar 3,5 kilometer. Start pawai di balai desa.

Baca Juga :   Dua Jasad Korban Ditemukan, Polisi Belum Ketahui Penyebab Ledakan

Masyarakat telah membuat ogoh-ogoh sejak empat bulan terakhir. Ada yang berukuran kecil, ada yang besar.

“Bikinnya bisa satu bulan atau lebih. Tergantung ukuran juga. Memang setiap tahun sudah seperti ini, butuh sebulan untuk mempersiapkan Tawur Agung. Setelah berladang, biasanya langsung digarap, sampai malam wes mas,” kata Sudir Supriyadi, salah satu pemuda Desa Wonokerso, Selasa (5/3/2019).

Sampai Selasa siang, sejumlah warga masih sibuk menyiapkan Ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh yang sudah jadi, dipajang di depan rumah. Pembuatan ogoh-ogoh ini, tenyata tidak murah, bahkan bisa mencapai Rp 15 juta untuk 1 unitnya. Karena terbuat dari sterofom, kemudian didalamnya juga ada besi, makanya mahal. Kemudian, selain itu, yang mahal juga karena isi dari ogoh-ogoh hingga seragam pengarak.

Baca Juga :   Lumajang dan Probolinggo Berpotensi Tak Menerima Dana Insentif

Untuk itu, warga rela membuat ogoh-ogoh yang melambangkan sifat buruk ini, dari swadaya masyarakat. Meski pembuatannya tidak sulit, dibutuhkan ketelatenan untuk mengerjakan kerangka Ogoh-ogoh dan hiasan.

“Pengerjaan ini dilakukan secara detail. Makanya butuh waktu lama untuk pembuatan ini. Semuanya murni masyarakat yang iuran, tidak ada dari pemerintah maupun lainnya,” tambah Warmuji, warga Desa Pandansari.

Ogoh-ogoh raksasa dengan berbagai ukuran dan bentuk yang dibuat tersebut, mengambarkan sifat buruk yang nantinya akan dinetralisir sebagai salah satu prosesi menyambut Hari Raya Nyepi. Dalam mengarak ogoh-ogoh ini butuh puluhan orang untuk mengusung. (cho/saw)