Jadi, kalimat promosi yang tadi itu ya dengan mak lheb, terserap oleh korban. Mereka jual barang, utang sana sini, gadai barang orang untuk beli produk si upline.
Ini -katanya- bertentangan dengan tata cara PT Q-Net yang diunggah perusahaan. Begini bunyinya:
“Tidak mempromosikan QNET sebagai skema untuk menjadi kaya secara instan. Berusaha keras untuk memberikan downline saya kepemimpinan dan pelayanan terbaik. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dan permintaan dari prospek dan downline dengan adil dan jujur.”
Beda banget kan sama kenyataan di lapangan? Saya yakin lah, mudah sekali buat para petinggi atau apapun sebutannya untuk perusahaan Q-Net melihat hal tersebut. Apalagi dengan banyaknya laporan kepolisian yang kemudian diblow up media massa. Lanjut ke halaman 2.
Dalam artian, ada ruang untuk memperbaiki sistem yang bobrok itu, supaya nggak banyak korban berjatuhan. Toh kalau benar produk kesehatan mereka bagus dan bermanfaat, bakal makin banyak member kan? Tanpa perlu seminar hingga dini hari dan teori UGD yang jelas nguawur ini.
Karena semakin hari, akal-akalan para upline ini semakin terasa saja. Modus seminar kerjaan ini hanya cara kesekian dari cara-cara lain. Seperti kedok membuka lowongan kerja bagian pendataan dengan gaji Rp3 juta yang kemudian bisa membongkar bisnis ini di Madiun.
Padahal aslinya mereka ya sama, di cuci otaknya begitu. Dikumpulkan dalam satu ruang, tidak boleh keluar rumah. Pagi dibilang malam, malam dibilang pagi.
“Mereka (korban) pun hanya makan nasi dengan garam atau mie instan dengan air dingin. Bahkan saking kelaparan-nya, mereka sampai mencuri tanaman singkong milik warga,” kata Kapolres Lumajang, AKBP Arsal Sahban.
Jelas ini sudah keliru. Polisi pun semangat memburu para pelaku. Apalagi setelah semua korban sudah mulai buyar karena dibongkar. Tinggal mencari pelan-pelan orang besar di balik bos Karyadi, direksi Amoeba yang sudah terlebih dahulu ditangkap ini.
“Kalau dulu, pidana jika ada kerugian, itung-itungan kerugian dulu. Masalahnya kan dulu gak ada yang mau laporan takut duit gak kembali. Sekarang ini, mekanismenya saja sudah pidana,” kata Arsal.
Jangan takut melapor. Supaya kasus rumit ini cepat selesai. Pun demikian buat dedek-dedek gemesh yang masih mahasiswa atau bingung cari kerja. Kalau ada lowongan kerja tapi disuruh bayar, jangan mau.
Sekecil-kecilnya perusahaan, atau bahkan warung kelontong yang butuh karyawan, mereka itu nggak bakalan minta duit pangkal. Atau minta dedek beli barangnya dulu baru bisa kerja di mereka.
Kalau ada yang kayak gitu, ya jelas sudah tidak benarnya. Pungli, atau yang terburuk ya kena MLM, money games dan kawan-kawannya itu. Yang meng-kaya-kan upline, me-miskin-kan downline.
Saya kasih quote, “Kalau pengen kaya ya kerja yang rajin, jangan lupa berdoa dan sedekah. Kalau tidak mau melakukan itu, ya ubah keinginanmu, jangan pengen kaya.”
Sekian-TerimaGaji. (*) Kembali ke Halaman awal.