“Jika ada dua sumur bor yang berdekatan, itu kami tawarkan untuk ditutup dan diganti dengan sumur bor baru dengan konstruksi yang tepat agar sumur bor dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama,” tambah Lisa Tanika.
Setelah dibangun, kata Lisa, kelompok masyarakat tani pengguna air sumur bor ini, akan didampingi untuk bisa melakukan pengelolaan sumur bor dan saluran irigasi mandiri. Termasuk pemantauan debit air sumur bor, pengawasan sumur, pemantauan kebersihan saluran irigasi, serta pengaturan jadwal buka tutup kran air.
“Ditargetkan pada 2021 ini, sebanyak delapan sumur percontohan lainnya akan dibangun mengganti sumur-sumur bor lama di beberapa desa di kecamatan Gondang Wetan dan Winongan,” sambungnya.
Pihaknya terus berupaya untuk melibatkan semua pihak dalam pelestarian DAS Rejoso. Melalui pelibatan semua pemangku kepentingan, pengguna air, pihak pemerintah, Lembaga swadaya masyarakat, dan juga pihak swasta lain.
Menyambung pemateri selanjutnya, Direktur Sustainable Development dari Danone Aqua Indonesia, Karyanto Wibowo mengatakan, pentingnya keterlibatan pihak swasta dalam pelestarian sumber daya air.
“Sebagai pihak yang juga turut memanfaatkan air tanah, kami terus berupaya ikut serta melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengelola air tanah secara bijak. Harus ada intervensi agar air yang seharusnya bisa masuk meresap ke dalam tanah dan mengurangi limpasan air permukaan. Masyarakat juga harus dipahamkan tentang pentingnya konsep berbagi air antara kawasan hulu dan hilir,” bebernya.
Ke depan, pihanya akan terus melakukan upaya menuju keseimbangan antara suplai dan kebutuhan air di DAS Rejoso. Agar kelompok masyarakat memiliki keterampilan teknis pengeboran yang baik, dengan disertai dukungan legalitas yang memadai.
“Sekecil apapun kontribusi kita di watershed, itu akan tetap memberikan pengaruh bagi keberlanjutan cadangan air tanah,” tandasnya. (oel/may)
