Efektif Tangkal Hama, PLN Dorong Petani Bawang Merah Gunakan Light Trap

1716

Kraksaan (wartabromo.com) – Perangkap lampu (Light Trap) efektif menangkal hama pada tanaman bawang merah milik petani Kabupaten Probolinggo. PLN setempat pun mendorong petani mengaplikasikannya di lahan pertanian.

Salah satu petani yang memanfaatkan perangkap lampu (light trap) untuk mengusir hama adalah Ahmad Qusairi, 47 tahun. Lahan garapannya seluas 1 hektar yang terletak di Desa Sumber Anyar, Kecamatan Paiton terang benderang di malam hari. Berkat puluhan lampu LED yang ia pasang di tengah sawah secara memanjang.

Ada sekitar 30 lampu dipasang pada jarak 5 meter dengan ketinggian 2,5 meter. Dengan harapan kupu-kupu putih atau grayak (istilah petani; Keper), menjauh dari hamparan tanaman bawang merah. Kupu-kupu ini, cikal bakal dari ulat grayak (Spodoptera exigua), momok petani bawang merah.

Nah, kupu ini bakal lebuh tergoda pendaran sinar cahaya dari LED ketimbang merusak bawang.

Baca Juga :   Listrik Kawasan Pertokoan Pangsud Padam Sejak Pagi, Pelanggan Kesal

“Dengan menggunakan lampu, saya bisa lebih hemat biaya. Untuk satu hektar, saya hanya bayar listrik 2 juta untuk satu musim tanam. Kalau sewa jaring, biayanya bisa mencapai 17 juta rupiah sekali panen,” tutur Pak Mat, begitu Ia disapa pada Senin, 27 Desember 2021.

Selain lampu LED di ketinggian, ada juga dipasang lampu Ultra Violet (UV). Pemasangannya lebih dekat dengan tanah, hanya setinggi 1 meter. Di bawahnya ada ember air bercampur oli atau solar. Jumlahnya lebih sedikit, hanya kisaran 7-10 unit. Titik senarnya di pematang tengah sawah.

“Setiap malam, hama-hama ini menempel di lampu UV dan jatuh ke ember ini. Tidak jatuh pada area yang ditanami bawang merah. Tidak ada kesempatan untuk bertelur dan menjadi ulat,” lanjutnya.

Efektif Tangkal Hama, PLN Dorong Petani Bawang Merah Gunakan Light Trap

Keuntungan lain yang didapat dari penerapan light trap, kata Pak Mat, tanaman bawang merah tumbuh lebih bagus. Sebab, angin yang dibutuhkan saat pertumbuhan, mengalir dengan leluasa. Beda ketika menggunakan jaring, sirkulasinya terhalang.

Baca Juga :   Tak Ada Diskon Lagi, Pemerintah Cabut Stimulus Listrik Bulan Depan

“Dengan oksigen yang bagus, umbinya lebih besar dan warnanya juga lebih merah,” kata petani asal Desa Pondok Kelor, kecamatan setempat.

Lampu LED itu dipasang petani dengan instalasi kabel PLN. Agar listrik bisa menyala, pihak PLN menyambungkan instalasi dengan satu boks meteran, mirip meteran PJU. Meteran itu berdekatan dengan kabel besar PLN yang berada di pinggir jalan raya Sumberanyar, Paiton.

“Yang dipakai adalah layanan listrik prabayar yang dapat diisi ulang oleh pelanggan. Masih tarif rumah tangga, bukan bisnis. PLN mendorong petani memanfaatkan teknologi listrik untuk pertanian (electrifying agriculture),” sebut Manajer PLN ULP Kraksaan, Hendy Pranata secara terpisah.

Hendy menyebut penerapan electrifying agriculture sebagai KAWAN BERSIH (KAWasaN Bawang beRSInar). Sebuah upaya mendukung peningkatan produktivitas pertanian melalui energi listrik dan cahaya. Termasuk menemukan cara baru yang lebih hemat biaya.

Baca Juga :   Penuhi Target 35 Ribu MW, PLTGU Grati Tingkatkan Kapasitas Jadi 1.360 MW

Pada awal 2020, pihaknya, melakukan survei di sejumlah sentra budidaya bawang merah, seperti Kecamatan Gending, Pajarakan, dan Paiton. Petani bawang merah di lokasi tersebut, menggunakan media jaring sebagai penangkal hama Keper. Untuk menangkal Keper, petani menggunakan jaring.

Pemakaian jaring ini, memang efektif menangkal hama. Tetapi dari sisi biaya, sangat besar. Untuk membeli jaring dan biaya perawatan. Apalagi jaring ini, hanya mampu bertahan untuk 4-5 kali tanam, setelahnya rapuh.

Selain jaring, ada juga beberapa petani yang menggunakan lampu sebagai perangkap hama. “Namun, jaringannya listriknya masih mengambil dari jaringan rumah. Kadang ada yang melintas di atas jalan raya, sangat berbahaya dari segi keselamatan,” ucapnya.