Mohon Maaf Lahir Batin, Kekasihku… Aku Telah Melintrikmu

2046

“Hari ini, semua dosa kita kepada Tuhan insya Allah tak tersisa setitik debu pun” kata Gus Hafidz dalam khotbah sholat Id. “Akan tetapi, dosa kita kepada sesama manusia, tak bisa terhapus begitu saja tanpa mendapat maaf dari yang bersangkutan. Apalagi, jika termasuk dalam masalah haqqul adamy yang mesti ada pengembalian hak, hak tersebut harus dikembalikan kepada yang bersangkutan. Dan salah satu syarat memohon maaf kepada sesama manusia, adalah dengan menyebutkan kesalahan apa yang pernah kita lakukan. Andai kata kita pernah menggunjing saudara A, maka ketika memohon maaf kita harus menyampaikan jika kita telah menggunjingnya.” Itulah yang beberapa hari ini mengganggu pikiran Romli, ketua asosiasi bujang lapuk yang tak juga menikah hingga usianya yang hampir menginjak kepala empat itu.

Romli, merasa kekurangberuntungan hidupnya—yang belum juga menikah—adalah karena ia punya secuil khilaf kepada Ilmiyah, cinta pertamanya. Beberapa tahun lampau ia mengikat jalinan cinta dengan Ilmiyah, tetangganya. Cinta mati ala film India yang mengharu-biru, bukan karena Romli setampan arjuna, sekaya pangeran Inggris, dewasa serta siap menikahi sang kekasih. Tapi itu semua karena Romli menggelapkan pakaian dalam Ilmiyah lalu ia serahkan kepada Mak Siti, dukun lintrik kondang di desanya. Maka, ketika datang orang melamar Ilmiyah –karena Romli yang masih lontang-lantung dan tiap malam begadang main remi di warung tak juga menikahinya—Ilmiyah dengan berat hati menikah. Ketika pernikahan terlanjur dilagsungkan karena orang tua Ilmiyah ingin meringankan beban, pernikahan hanya bertahan dua bulan. Ilmiyah bercerai dan kembali jatuh ke pelukan Romli.

Baca Juga :   Seorang Wanita Ditemukan Tewas di Villa Srikandi Tretes

Seperti yang berlaku umumnya, jika seorang perjaka kinyis berpacaran dengan seorang janda muda, apakah yang kira-kira diharapkan? Romli masih muda, masih banyak gadis perawan yang bisa ia beri bualan paling mustahil sekalipun melalui SMS yang ia kirim dengan pulsa subsidi operator. Tapi Romli tetap “setia” dengan Ilmiyah, membuai hayalnya, menjanjikan mimpi indah sambil sesekali meyakinkan jika pernikahan dini tak baik bagi biduk rumah tangga. Bahwa trauma perceraian Ilmiyah perlu disembuhkan sebelum Romli melamarnya. Dan Romli belum bisa berjanji entah kapan ia akan berunding dengan keluarganya soal hubungannya dengan Ilmiyah.

Dan sementara waktu berjalan, Romli yang luwes, bisa mengambil hati siapa saja, termasuk bapak, ibu, sepupu bahkan kucing Ilmiyah, sudah dianggap keluarga sendiri oleh orang tua Ilmiyah. Jika rumah sepi karena semua menjaga warung, maka Romli dan Ilmiyah bisa berdua di dalam rumah entah melakukan apa. Setiap malam, Romli juga biasa begadang bersama Opek, sepupu Ilmiyah. Entah terjadi persekongkolan entah tidak, Romli begitu akrab dengan Opek hingga ketika malam sudah sepi, tak segan Romli mengetuk jendela kamar Ilmiyah.

Baca Juga :   Selisih Dua Hari, Jamaah Aboge Shalat Ied Hari Ini

Waktu terus berjalan. Orang tua Ilmiyah ingin ia segera menikah agar beban bisa ditanggungkan kepada sang menantu. Tapi Ilmiyah selalu menolak. Belasan orang sudah datang hendak melamaranya, tapi ia bersikukuh untuk setia janji kepada Romli. Bukan karena trauma dengan perceraiaan, namun karena ia tak bisa melepas –tepatnya terlepas dari—Romli. Bukan karena ia yakin Romli akan menikahinya, tapi karena “sesuatu yang gaib” telah membalik akal sadarnya, mematikan hasratnya terhadap lelaki lain serta hayalan-hayalan indah telah ditiupkan “entah oleh siapa” di kepalanya.

Dan noda kehidupan terus bergelimang. Seorang janda muda, ketika dibuai oleh seorang perjaka tanggung, siapakah yang sanggup mengendalikan gelegak syahwat? “Pertemuan” telah terjadi berkali-kali, di kamarnya, di sungai, bahkan di kebun salak belakang rumah Ilmiyah ketika semua orang menunggu warung.