Sebuah Catatan: Sepanjang Jalan Pahlawan

1936

Lalu apa ini yang terjadi?

Hanya ada dua kalimat yang meluncur dari bibir saya di suatu siang saat melintas di sepanjang jalan Pahlawan “Ini salah siapa dan ini dosa siapa”.

Pedagang tentu sangat senang melihat dan membaca peluang. Saat taman disediakan untuk tempat refreshing dan beristirahat tentu membutuhkan makanan. Maka pedagang kaki lima menganggap ini adalah peluang emas. Mereka hanya mencari keuntungan dan belum berfikir tentang efeknya. Jika mereka kita vonis bersalah maka jawabannya adalah hanya ini jalan satu-satunya untuk mencari nafkah. ke halaman 2

Kejadian siswa membuang sampah tentu tidak sekali atau dua kali terjadi. Lebih ironis lagi kejadian ini justru terjadi tepat di depan kantor Wali Kota Pasuruan. Bukan bermaksud menghakimi dan mencari kambing hitam. Justru, dari permasalahan ini kita harus segera tanggap untuk mencari solusinya. Dari kejadian di atas terdapat beberapa catatan yang mungkin perlu dijadikan sebagai sebuah perenungan :

  1. Mengapa anak-anak tidak membuang sampah pada tempatnya?
    Bila kita amati lebih teliti memang sudah disediakan tempat sampah di sepanjang Jalan Pahlawan, tetapi mungkin jumlahnya tidak sesuai dengan volume dan intensitas timbulnya sampah di tempat tersebut. Volume sampah sangat tinggi, sementara jumlah tempat sampahnya hanya terlihat satu dua saja. Jadi perlu penambahan jumlah tempat sampah.
  2. Posisi tempat sampah yang kurang tepat.
    Masyarakat Indonesia pada umumnya mempunyai karakter negatif yang mungkin perlu kita sadari bersama yaitu malas. Walaupun ada niat untuk membuang sampah pada tempatnya tetapi karena tempatnya cukup jauh maka kita cenderung untuk melanggarnya yaitu membuang sampah seenaknya saja. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merubah karakter masyarakat Pasuruan.
  3. Sosialisasi dengan intensitas yang tinggi terhadap masyarakat.
    Penambahan petugas khusus untuk sosialisasi kebersihan mungkin bisa membantu menyadarkan masyarakat. Menyapu area yang sudah digunakan setelah selesai berjualan. Bahkan diharapkan pedagang juga ikut mengingatkan kepada pembeli agar bisa membuang sampah pada tempatnya. Dalam hal ini pedagang terlibat aktif untuk membantu tertibnya aturan yang telah dibuat. Pemerintah juga perlu memberikan penghargaan jika pedagang tersebut terbukti telah ikut berpartisipasi menyukseskan gerakan kebersihan kota. Hal ini memang membutuhkan kerja keras dan ketelatenan. Petugas harus selalu setia berada di tempat, dengan dibentuk petugas piket agar tidak terjadi kebosanan.
  4. Pendekatan secara lebih manusiawi
    Pedagang kaki lima.
    Pendekatan dengan bahasa yang baik diharapkan dapat lebih mengena daripada dilakukan penertiban atau semacam razia. Intensitas yang rutin diharapakan dapat menumbuhkan kesadaran akan kebersihan dan tidak menimbulkan dendam. Target utama tentu menciptakan budaya untuk tertib membuang sampah pada tempatnya, munculnya rasa peduli serta ikut memiliki Kota Pasuruan.
  5. Memberikan reward kepada masyarakat.
    Pemberian berupa hadiah yang diberikan pada moment-moment yang tepat tentu akan membuat kita merasa senang dan dihargai. Penerima hadiah diharapkan dapat memberi contoh sekaligus memotivasi bahkan dapat menginspirasi warga lainnya untuk melakukan hal yang sama.
    Sinergi antara masyarakat dan pemerintah menjadi kunci utama keberhasilan suatu program termasuk di bidang kebersihan. Pada prinsipnya semua bidang bisa bekerja saling beriringan tanpa merugikan salah satu pihak. Geliat perekonomian menengah ke bawah yang dilakukan oleh pedagang-pedagang kecil tetap bisa berjalan tanpa takut dirazia oleh petugas. Jika semua dapat dikelola, dikoordinasi dengan baik, dan dengan kesadaran yang tinggi bukan suatu hal yang mustahil jika suatu saat sepanjang Jalan Pahlawan akan menjadi ikon kota, seperti halnya Jalan Malioboro di Yogyakarta.
Baca Juga :   5 Tips Smart Melindungi Keluarga dan Masyarakat Dari Virus Hoax

Sebagai masyarakat awam tentu kita tidak mengetahui secara pasti tentang berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk pembangunan infrastruktur, pendukung program keindahan taman. Pasuruan tentu bukan Surabaya yang bisa menanam bunga kelas dunia di sepanjang jalan raya. Namun, kita tetap ingin Pemerintah Kota Pasuruan selalu mengalokasikan dana yang besar untuk keindahan kota kita tercinta. Seperti seorang pedagang yang selalu mengumpulkan modal terlebih dahulu sebelum mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.