Bahkan kebiasaannya nongkrong di warung kopi saat istirahat siang pun tetap tidak berubah. Ia masih senang nongkrong bersama teman-temannya dan bercanda seperti dulu.
Malam hari, ia membuka warung kopi di Jalan Panglima Sudirman. Membuka warung kopi itu pun dilakoninya sendirian, mulai mendorong gerobak, memasang terpal, menggelar tikar, hingga mengaduk kopi dan menyajikannya ke pelanggan.
Istrinya, karena sakit, tak bisa membantu ketika malam hari. Kadang-kadang ia dibantu anaknya. Namun sejak adanya pembatasan, warungnya tidak lagi bisa buka, sehingga penghasilannya sehari-hari saat ini hanya dari menarik becak.
“Tangan saya ini yang memberi dan mengambil Allah. Masa saya sekarang bisanya bekerja seperti ini tidak dikasih rezeki. Yang penting masih mau ikhtiar, pasti diberi rezeki,” pungkas Sunaryono. (asd)
Simak videonya: