Yang Tersisa dari Banjir Bandang Kepulungan

6922

Menurut Rere, banyaknya lahan yang telah beralih fungsi, seperti untuk penambangan dan kegiatan lain menyebabkan wilayah setempat kehilangan daya resap. Air hujan yang harusnya ditampung, kemudian turun hingga menyebabkan banjir bandang.

Hasil penelusuran yang dilakukan WartaBromo., mendapati sejumlah kawasan di wilayah Gunung Penanggungan telah beralih fungsi. Berdasar foto citra satelit, perubahan bentang itu massif terjadi dalam 20 tahun terakhir.

Wilayah di sekitar hulu Sungai Kepulungan termasuk yang mengalami perubahan dimaksud. Sebuah lahan seluas 300 hektare, tepat di samping hulu Sungai Kepulungan diubah guna dijadikan tempat wisata.

Begitu juga dengan hulu Kali Sumbersuko yang merupakan anak sungai Kali Kepulungan. Sebuah kawasan yang dulunya lahan hutan milik Perhutani, kini disulap menjadi lahan tambang.

Baca Juga :   Merawat Mimpi, Merajut Asa Anak-anak yang Tak Punya Pilihan

Sayangnya, kendati alih fungsi lahan dan kawasan hutan dinilai berkontribusi terhadap bencana di Pasuruan, Irsyad Yusuf, bupati setempat justru menilai sebaliknya.

“Tidak ada hubungannya itu,” ujar Bupati saat dimintai tanggapannya terkait maraknya kegiatan tambang di daerah hulu dengan bencana di Pasuruan, Kamis (4/2/2021).

Ia menyebut tumpukan sampah di sepanjang saluran menjadi penyebabnya. Karena itu, sebagai antisipasi, seluruh saluran akan dibersihkan.

Setengah Abad Lalu

Banjir bandang yang menerjang Desa Kepulungan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan ini bukanlah kali pertama terjadi.

Berdasarkan cerita tutur warga, banjir bandang pernah terjadi pada era 1950-an. Atau lebih dari setengah abad lalu. Tetapi, belum separah ini. Selain menyebabkan dua korban jiwa, peristiwa itu juga mengakibatkan puluhan rumah rusak. Enam di antaranya rata dengan tanah.

Baca Juga :   Pasar Online: Siasat Pasar Tradisional Bantu Pedagang Bangkit dari Pandemi
Salah satu warga yang menjadi korban banjir bandang meratap sedih di musala setempat. Foto: Romadoni.

Wilayah Pasuruan sendiri tercatat beberapa kali mengalami banjir bandang. Pada 2008 silam, air bah dari dataran tinggi Bromo menerjang permukiman di sekitar DAS Gembong hingga tembus ke Kota Pasuruan.

Kantor Pemkab Pasuruan yang berada di Jalan Hayam Wuruk, Kota Pasuruan pun tak luput dari terjangan air.

Sementara itu, sejumlah ilmuwan menyampaikan perihal kemungkinan situasi yang kian memburuk dalam beberapa waktu ke depan.

Dalam jurnal Frontiers in Conservation Science, edisi 13 Januari 2021 lalu, para ilmuwan ini bahkan memperingatkan umat manusia yang tengah dihadapkan pada ancaman kepunahan massal akibat krisis kesehatan, dan bencana akibat perubahan iklim.

Para ilmuwan ini juga mengkritik sikap para pemimpin dan pejabat yang dinilai salah urus sehingga mengakibatkan perubahan iklim.

Baca Juga :   Bencana Beruntun, Ini Peta Rawan Bencana di Kabupaten Pasuruan

Krisis ini dinilai akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang, selama pemimpin negara dan kepala daerah lebih mengedepankan pembangunan, tapi abai dengan pengelolaan lingkungan berkelanjutan.

“The phenomenon of ecological suicide actually signals the threat of mass suicide in human life itself (Fenomena bunuh diri ekologis sejatinya adalah sinyal ancaman bunuh diri massal kehidupan manusia itu sendiri)” tulis dalam jurnal yang terbit 13 Januari 2021 itu. (*)

Simak videonya: