Terbang Laro: Kado Budaya Dari Desa Cendono Untuk Pasuruan

5287

Masyarakat Bali atau Suku Tengger Bromo, sebagai contoh, merupakan masyarakat yang berhasil mensinerjinakan kesenian tradisonal dengan pariwisata. Tari Pendet, Tari Panji Semirang, Tari Puspanjali, Tari Ciwa Nataraja yang merupakan beberapa dari belasan tarian Bali yang mampu eksis karena sinerjisitas tersebut.  Tari Ujung dan Tari Sodor di Tengger mampu eksis karena mampu bersinerji dengan kepariwisataan.

Harapan muncul dari pembentukan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan, beberapa waktu lalu. Pembentukan dewan kesenian ini setidaknya mengambarkan bahwa pemerintah daerah memiliki niat sungguh-sungguh menjaga kebudayaan dan kesenian.

Saat melantik pengurus, Bupati M Irsyad Yusuf menyerahkan sepenuhnya urusan seni dan kebudayaan di pundak mereka. Ia meminta agar semua kesenian tradisional di Kabupaten Pasuruan segera diinventarisir agar bisa mendapatkan perhatian dan pembinaan.

Baca Juga :   Lapas Pasuruan Kecolongan, Tahanan Titipan Kabur

“Setelah ini mereka akan membentuk program kerja. Intinya dewan ini dibentuk agar bisa melestarikan budaya dan kesenian tradisional juga mengembangkannya. Ini tugas berat tentunya,” kata Irsyad.

Perhatian dan pembinaan tentu saja bukan melulu soal memberikan bantuan dana sebagaimana yang biasa terjadi selama ini. Tentu saja dewan kesenian dibentuk bukan untuk membagi-bagikan uang. ‘Orang-orang terpilih’ ini mengemban tugas merancang sebuah konsep pelestarian dan pengembangan kebudayaan dan kesenian. Selain menciptakan even-even dan mensinerjikan kesenian dengan kepariwisataan, tentu saja masih banyak cara lain yang bisa dilakukan.

Tugas yang diemban dewan kesenian dan kebudayaan memang cukup berat. Maka dari itu, mereka harus membuktikan diri layak dipilih sebagai punggawa-punggawa penjaga kebudayaan.

Baca Juga :   Surat ‘Cinta’ Kiai Kampung Pasuruan untuk SBY

Penulis  :  Muhajir Arifin