Ujian Nasional Simsalabim

1009

“Apa karena pelajar sekarang kebanyakan ndlurung, mas?” terka Gus Hafidz.

“Betul. Itu salah satu alasan kenapa guru makin aras-arasen mengajar dengan profesional. Anak manusia zaman sekarang  naudzu billah. Seakan para guru dibayar untuk menjadi bulan-bulanan para siswa atau jadi samsak wali murid. Biang keroknya ya undang-undang HAM-burger itu.”

“Jadi guru sekarang harus kedot, gus. Harus bisa jaga diri karena keselamatannya terancam. Mau ndak dihukum nakalnya bukan  main, kalau dihukum orang sekarang suka wadul LSM. Jadi kalau menjewer siswa bisa dipenjara, enakan dipalu sekalian. Jadi meski dipenjara kan lego? Daripada menjewer dipenjara, kan lebih baik mesisan dipalu, biar impas.”

“Waduh, makan hati ya jadi guru?”

Baca Juga :   Matoa Mulai Berkurang di Tanah Papua, Pemkab Kerrom Kagumi 'Sukorejo City Of Matoa'

“Bisa mati ngadek, gus. Sibuknya bukan main, upahnya hanya cukup buat beli sabun. Pemerintah juga selalu ngeriwuki dengan tuntutan admimistrasi. Guru sekarang, tiap malam harusnya utek-utek laptop bikin dokumen macam-macam. Dan yang paling makan hati, adalah tabiat murid sekarang yang naudzu billah itu. Nakal sih boleh asal berprestasi. Lha kebanyakan anak sekarang, nakalnya bukan main, prestasinya hanya di bidang ilmu biologi dan fisika. Keahliannya hanya praktek mencampur sel telur dan sel sperma, mengukur kecepatan rotasi ban motor di aspal atau praktek reaksi kimia alkohol atau zat terlarang.  Apalagi yang sudah terlanjur suka nyemil pil buat kucing, masya Allah, dibina dan dididik bagaimana pun takkan berhasil. Lha wong syarafnya sudah pedot.”

Baca Juga :   Berkaki Kecil, Kakak Adik di Pasrepan Hidup dari Belas Kasih Orang Lain

“Kalau murid perempuan mungkin lebih bisa dikendalikan, ya mas?” terka Gus Hafidz.

“Brutalnya ndak, tapi hormon testosteronnya lebih gawat. Anak gadis sekarang malah jauh lebih “dermawan” daripada anak laki-laki, kok. Kehormatannya bisa diinfakkan buat siapa saja.”

“Kira-kira bagaimana agar bisa sedikit dibenahi?” tanya Gus Hafidz.

“Kita sebagai orang tua yang harus tirakat. Stop uang riba. Stop memberi makan mereka dengan uang ndak jelas. Kalau sunnah rasul malam Jum’at baca bismillah biar anak kita ndak blasteran sama genetika setan. Khusus bagi orang tua posesif yang suka lapor polisi hanya karena anaknya dijewer, saya sarankan bikin sekolah sendiri atau sekali-kali jadi guru.”

Baca Juga :   Golkar Tantang MUI Keluarkan Fatwa Haram Soal Politik Uang

“Masya Allah tragis ya dunia pendidikan kita?” heran Gus Hafiz.

“Sudah lama, terutama setelah anak-anak nakal dilindungi undang-undang HAM-burger, gus.”

“Terus bagaimanaa dengan UN tadi?” sela Cak Manap.

“Pasti lulus, cak. Meski soal UN direkayasa agar tak dibobol, meski soal dikawal polisi dan ujian diawasi, pasti lulus karena dokumen paling rahasia pun, di Indonesia Raya ini pasti ada duplikatnya.”

Penulis : Abdur Rozaq / wartabromo