Tradisi Besaran di Pasuruan : Unjung – Unjung, Makan Tape Ketan dan Hiburan Orkes

750

Pohjentrek (WartaBromo.com) – Setiap Hari Raya Idul Adha tiba, warga Desa Sukorejo, Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan punya tradisi unik yang dinamai “Besaran”.

Dalam tradisi ini, seluruh rumah-rumah warga di satu desa bersiap untuk menerima kedatangan kerabat jauh dari luar desa dan menyambutnya dengan makanan yang tumpah ruah. Salah satunya adalah tape ketan.

Yap, tape ketan ini menjadi hidangan wajib yang harus dibuat oleh seluruh Kepala keluarga (KK), lantaran selalu dinanti oleh para kerabatnya.

Affandi (53), salah satu warga Kelurahan Krapyakrejo, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan mengaku tak ketinggalan untuk unjung-unjung (bersilaturrahmi) ke rumah pamannya yang ada di Dusun Rujak Sente, Desa Sukorejo, di hari pertama Idul Adha.

Baca Juga :   Jelang Idul Adha, Dinas Peternakan Pasuruan Terjunkan 96 Petugas

“Selalu kangen tape ketan khas Nduyo. Enak sekali,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Sukorejo, Moch. Fauzi Usfuri menegaskan bahwa Tradisi Besaran ini sudah berlangsung lama. Bahkan jauh sebelum ia lahir.

Tradisi tahunan ini hanya berlangsung di hari pertama Idul Qurban. Dimana setiap rumah akan menyiapkan makanan minuman untuk kerabatnya yang datang. Uniknya, camilan ketan tape dibuat dengan jumlah banyak sampai 10 kilogram per satu rumah alias sepuluh kali lipat dari porsi masak biasanya.

“Kalau masak tape ketan ya sampai sepuluh kali lipat biasanya. Hari ini istri saya masak 10 kilogram tape ketan,” ucap Fauzi saat ditemui di rumahnya, Kamis (29/06/2023).

Baca Juga :   Berkah Idul Adha, Rejeki Peternak Sapi Melimpah

Selain masakan khas berupa tape ketan, warga Nduyo (orang menyebut Dusun Rujaksente) juga menempatkan banyak air mineral di depan rumah mereka supaya bisa diambil sebagai pengisi dahaga.

Tak berhenti sampai di situ, hiburan berupa musik orkes ataupun electone juga dihadirkan sebagai penyemarak tradisi besaran ini.

Kata Fauzi, tradisi ini sempat akan berhenti di tahun 1997 ketika Indonesia terjadi krisis moneter. Namun atas dawuh para ulama di sana, akhirnya urung dihentikan.

“Kata kiyai, Ndak papa jangan dihentikan. Kalaupun gak punya uang, cukup dikasi air putih saja. Dan alhamdulillah sampa sekarang belum pernah berhenti” terangnya.

Dengan bertahannya tradisi Besaran ini, Fauzi berharap agar Pemerintah Kabupaten Pasuruan bisa menjadikannya sebagai salah satu jujukan wisata non benda yang bisa dikunjungi setiap Hari Raya Idul Adha, tiba.

Baca Juga :   Pesanan Tusuk Sate di Kejayan Meningkat

“Ya kalau bisa dijadikan agenda wisata tahunan. Karena siapapun boleh ke sini, dan kami akan menyambutnya,” harapnya. (mil/yog)