Lurah Purwosari Santai Tanggapi Limbah Pabrik Susu Cemari Sungai

1599

Purwosari (wartabromo) – Pencemaran Sungai Mukibat, Kelurahan Purwosari, yang diduga kuat dari limbah pabrik susu di wilayah tersebut masih dirasakan betul oleh warga. Warga mengaku sudah melaporkan pencemaran tersebut ke pihak kelurahan namun tidak ada tanggapan. Warga juga ingin berdemo tapi mengaku tidak mendapat ijin dari aparat. Sebagian warga yang marah akhirnya ‘mengisi’ sungai dengan sampah rumah tangga sebagai protes. Bagaimana tanggapan Lurah Purwosari?

Lurah Purwosari, Heru Subaktiyono, menanggapi santai keluhan warga. Ia menjelaskan seminggu yang lalu pihaknya telah melakukan pertemuan dengan HRD PT Indolakto untuk membahas masalah tersebut. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan pabrik yang menjanjikan kompensasi kepada warga dalam bentuk pembuatan sumur bor. Hal ini dilakukan agar warga tidak kesulitan memasok air bersih.

Baca Juga :   Staf 'Minggat', Komisioner KPU : Bukan Korupsi, Bisa saja Soal Wanita

“Pabrik memberi solusi pembuatan sumur bor untuk warga, semua biaya ditanggung pabrik. Itu salah satu bentuk kompensasi,” ujar Heru, Kamis (19/11/15) pagi.

Heru bahkan menampik beberapa hal yang dikeluhkan oleh warganya. “Itu (limbah) sudah diproses, dan sudah sesuai aturan. Kalau ada sedikit keluhan ya wajar saja, kalau di sekitar pemukiman ada pabrik memang seperti itu dampaknya,” ungkap Heru santai.

Heru menyatakan pihaknya akan melakukan upaya maksimal demi kepentingan warga. “Kita sebagai aparat pemerintah, akan mengakomodasi kepentingan semua pihak. Ya bukan membela pabrik, tapi kalau ditekan terus-menerus nanti pabriknya tutup, kan kasian warga sini yang kerja disitu,” terang Heru.

Warga Kampung Mukibat, Purwosari, mengeluhkan kondisi Sungai Mukibat yang tercemar limbah pabrik. Akibat pencemaran itu, sungai tidak bisa dimanfaatkan lagi. Sungai yang melintasi di perkampungan warga tersebut sebelumnya dimafaatkan warga untuk mandi, mencuci baju dan peralatan rumah tangga. Namun sejak kondisinya memburuk, praktis sudah tidak bisa dimanfaatkan. (bus/fyd)