Langgar Trayek, Bus Sekolah Diprotes Sopir MPU

1018
Foto: Sundari

Pajarakan (wartabromo) – Belasan sopir angkutan mobil penumpang umum (MPU) jurusan Probolinggo-Situbondo melakukan mogok, Rabu (23/3/2016). Mereka memrotes pengoperasian bus sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pajarakan yang dinilai melanggar kesepatakan trayek.

Setidaknya ada 12 sopir MPU yang mendatangi sekolah berbasis keagamaan itu.  Sementara kendaraannya diparkir di mulut gapura pintu masuk madrasah di pinggir jalan Desa Karang Geger Kecamatan Pajarakan.

Aksi itu menurut Hasyim, salah satu sopir, dikarenakan bus sekolah yang dioperasikan melanggar trayek yang sudah disepakati. Ia mengatakan seharusnya, bus itu hanya mengantar siswa antara Kecamatan Pajarakan hingga  Desa Curahsawo, Kecamatan Gending. Namun, dalam beberapa minggu terakhir sopir bis sekolah mengangkut siswa dari Kecamatan Kraksaan hingga Kecamatan Dringu.

Baca Juga :   Asyiknya Menikmati Gunung Bromo via Bantengan

“Aksi yang dilakukan sopir ini spontanitas, tidak ada koordinasi, memrotes keberadaan bus sekolah yang baru, karena trayeknya melebihi kesepatakan terdahulu yang sudah dibuat,” ujar sopir MPU jurusan Probolinggo-Situbondo ini.

IMG_20160323_151844Sementara itu Kepala MAN Pajarakan Achmad Sruji Bahtiar, mengakui bahwa bus sekolah yang baru dioperasikan itu melanggar kesepakatan. Namun, hal itu karena ketidak-tahuan sopir bus yang baru, sehingga melebihi 1 kilometer dari ketentuan. “Itu juga karena ada permintaan dari wali murid, yang kebetulan domisilinya berada diluar ketentuan,” tuturnya seusai pertemuan dengan sopir MPU.

Bahtiar, panggilannya, menjelaskan bahwa fasilitas bus sekolah itu dimaksudkan agar siswa tidak terlambat masuk sekolah. Selain itu, peruntukannya dikhususkan bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Karena siswa yang mampu kebanyakan membawa sepeda motor sebagai transportasi untuk sekolah.

Baca Juga :   Hore...!! Warga Kedungmiri Kini Punya Jembatan Baru

Lebih lanjut, menurutnya, sebelum membeli bus sekolah baru, pihaknya telah menawarkan kepada paguyuban MPU untuk menjadi moda transportasi siswa. Pihak sekolah menganggarkan dana sebesar Rp 500 per bulan untuk mengangkut siswa pada pagi dan sore hari. “Namun, tidak ada kesepakatan. Sehingga kami memutuskan untuk membeli bus sekolah baru secara swadaya,” terangnya.

Saat ini, MAN Pajarakan mempunyai dua bus sekolah. Namun kedua bus sekolah itu tidak dioperasikan secara bersamaan, melainkan bergantian tiap hari. (saw/fyd)