Transeksual Dominan Sebarkan HIV-AIDS Di Kota Probolinggo

1308

Probolinggo (wartabromo.com) – Penularan HIV-AIDS di Kota Probolinggo tiap tahunnya semakin meningkat. Transeksual menjadi biang keladi meningkatnya penyebaran HIV-AIDS yang diperkirakan mencapai 80 persen.

Badrut Tamam, Pengelola Program (PP) dari KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kota Probolinggo, mengatakan jumlah penderita HIV-AIDS dari tahun 2012 hingga 2016 akhir ada 235 orang.

Penularan tertinggi melalui transeksual yang mencapai 80%. Selanjutnya dari vertikal yakni dari ibu ke anak, melalui air susu ibu (ASI) mencapai sampai 10%. Kemudian melalui kontak darah, yang bisa melalui pemakaian jarum suntik yang bergantian, tatto, tindik serta transfusi darah, mencapai 10 persen.

Jumlah terbesar dari penderita laki-laki tercatat 152 orang dan perempuan sebanyak 83 orang. Dari keseluruhan jumlah tersebut yang sudah meninggal dunia sekitar 46 orang penderita.

Baca Juga :   Tertangkap Basah Curi Helm, Pemuda Bertato Dihajar Orang Sekampung

“Tren kenaikannya sebesar 30 persen tiap tahunnya. Sementara penyebab dominannya adalah transeksual, semisal homoseksual, biseksual, dan berganti-ganti pasangan,” ujar Badrut saat mengisi diskusi sinergitas antar stakeholder di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo, Jumat (11/8/2017) di aula Dinkes Probolinggo.

Sementara itu, Kabid P2p Dinkes, Yusni Ningsih, berharap agar para penderita HIV-Aids tidak dijauhi oleh masyarakat.

Namun harus dirangkul selayaknya masyarakat pada umumnya. Karena warga yang dominan tertular penyakit ini, berada diusia produksi antara 25 hingga 40 tahun. Bahkan tak jarang menjadi tulang punggung dari keluarganya.

Selama ini, masih banyak penderita HIV-AIDS yang dikucilkan oleh warga. Bahkan tak jarang, mereka yang sudah meninggal juga dikucilkan dan dicap negatif oleh warga sekitar. Padahal, penyakit tersebut tidak akan menular, karena ketika penderita meninggal. Penyakit yang hidup di sel darah merah tersebut juga akan ikut mati.

Baca Juga :   Berbisnis Mercon, 4 Pria Ditangkap Polisi

“Penderita ini semakin terpuruk bukan karena terjangkit penyakit, namun juga oleh penilaian negatif oleh masyarakat. Mereka butuh dukungan moril, baik oleh keluarga maupun warga sekitar, untuk bangkit dan produktif menafkahi keluarganya,” kata Yusni. (fng/saw)