Racun Manis Itu Bernama Kopi

2340

Kehangatan interaksi sosial menjadi hambar karena gojlokan, tegur sapa hingga obrolan-obrolan ringan antar pelanggan semeja pun, menjadi mandeg.

Maka kemudian bisa dirumuskan antropolgi serta geografi warung kopi. Para mahasiswa-pelajar, aktivis, pegawai kantoran serta orang-orang berprofesi mewah akan memilih warung kopi ber-wifi bagus, sementara “rakyat kecil” seperti para tukangg becak, sopir dan kuli bangunan memilih warung kopi yang lebih bersahaja dan tanpa jaringan internet.

Yang perlu dikaji mungkin, ritual minum kopi ahirnya bergeser menjadi sebuah kegiatan berbahaya karena akan menyumbang generasi penderita penyakit komplikasi medis dan psikis. Anak-anak dan remaja yang sejak begitu dini kurang bisa mengontrol asupan gula, kafein dan nikotin, bisa ditebak bagaimana masa depan kesehatannya. Apalagi duduk berlama-lama, begadang secara rutin dan memaksakan retina bekerja keras memelototi gadget, bisa berakibat fatal bagi kesehatan ginjal, kandung kemih serta mata. Dan dari segi kesehatan psikis, penyakit malas, berhayal dan manja lebih mengerikan ancamannya.

Baca Juga :   Kota Pasuruan Diverifikasi Untuk Diputuskan Jadi Kota Pusaka

Maka, mari ngopi dengan bijak. Imbangi dengan konsumsi air putih, olahraga, mengkonsumsi vitamin A untuk menjaga kesehatan mata secara berimbang. Jangan lupa juga jika warung kopi adalah tempat paling sakral untuk menjaga silaturrahmi bahkan merundingkan bisnis. (zaq/zaq)