Douwes Dekker-Irawan Soejono, Duo Pahlawan Berdarah Pasuruan (1)

234

Selain Untung Suropati yang memang sudah cukup populer, ada juga Ernest Douwes Dekker alias Danudirja Setiabudi yang gigih berjuang melawan penjajahan Belanda.

Ada satu lagi pahlawan yang jarang didengar, yakni Irawan Soejono. Seorang pemuda kelahiran Pasuruan yang namanya bahkan diabadikan sebagai nama jalan di Belanda.

Mirisnya, namanya harum di negeri kincir angin sana, tapi tak banyak dikenal di negeri sendiri.

Ernest Douwes Dekker, pendiri Indische Partij, sebuah partai pertama di Hindia Belanda. Pada tahun 1912, Dekker mendirikan Indische Partij (IP), seorang Indo-Eropa yang radikal. M.C. Ricklefs, dalam Sejarah Indonesia Modern, menyatakan bahwa partainya mendeklarasikan suatu nasionalisme Hindia dan menuntut kemerdekaan.
“Dua orang Jawa yang terkemuka, Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Surjaningrat (Ki Hajar Dewantara) bergabung dengan Douwes Dekker,” tulis sejarawan asal Monash Univerisity ini. Ketiganya lalu dikenal sebagai Tiga Serangkai.

Dekker, lahir di Pasuruan, 8 Oktober 1879. Danudirja Setiabudi adalah nama lain Dekker. Ia merupakan keturunan Douwes Dekker lain, yakni Multatuli, si empunya novel Max Havelaar. Sebuah novel yang mendobrak kemapanan tanam paksa di Hindia Belanda. Mewarisi semangat perlawanan dari pendahulunya, Setiabudi terus melakukan perlawanan terhadap ketimpangan di tanah Hindia sejak ia bekerja sebagai pegawai perkebunan.

Nes, panggilan akrabnya, mengenyam pendidikan dasar di Pasuruan, lalu meneruskan sekolah lanjutnya di HBS Surabaya, sekolah yang sama dengan Sukarno. Tidak sampai selesai, Dekker pindah ke Batavia, mengikuti dinas ayahnya, ia melanjutkan sekolah di Gymnasium Willem III. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Nes bekerja sebagai pegawai perkebunan kopi Soember Duren di Malang.