Hindarkan Anak Kecanduan HP, Kakek di Sebani Sulap Lahan Jadi Lintasan BMX

241
Salah satu bocah tengah berlatih di sirkuit dadakan yang dibuat Imam. Foto: Kamilio.

Laporan: Kamilio

SENJA mulai menyapa saat tiga bocah mengayuh sepeda mengitari lintasan sirkuit khusus sepeda BMX. Mengenakan helm dan perlengkapan lainnya, mereka tampak penuh semangat.

Sorak sorai pun terdengar sesekali kala mereka berhasil bermanuver di atas gundukan. “Ingin jadi pembalap BMX,” ujar M. Azka, satu dari tiga bocah yang berlatih itu.

Dulu, lahan yang berada tepat di seberang kantor Kelurahan Sebani, Kecamatan Gadingrejo hanyalah lahan kosong. Namun, Imam Utomo kemudian menyulapnya sebagai sirkuit dadakan.

Bukan tanpa alasan bila kakek 60 tahun itu merubah wajah lahan berukuran 8×20 meter miliknya itu.  Ia sebut, semua karena kekhawatirannya pada anak-anak di sekitar yang makin gandrung bermain gawai. Tak terkecuali cucunya sendiri. 

Ia tak ingin, dua cucunya yang masih duduk di bangku SD makin kecanduan gawai hingga tak mengenal waktu. Dari sana, ia lantas berinisiatif menjadikan lahan tersebut sebagai sirkuit dadakan.

“Biar tidak main HP terus. Niki mawon (Ini saja) sudah merengek minta main HP. Ya lihat youtube itu, mas. Yang pertama kelas 1 SD yang kedua masih TK,” ungkap Imam, Minggu (20/8/2023).

Imam mulai menyulap lahan miliknya menjadi lintasan sirkuit BMX sejak 7 bulan lalu. Seluruh biaya ia tanggung sendiri. Baik saat pengurukan, maupun membentuk kontur gelombang.

Tak dinyana, inisiatif Imam itu disambut positif warga sekitar. Mereka mengaku memiliki kekhawatiran yang sama dengan Imam.

Karena itu, demi mengurangi kecenderungan anak main HP, mereka rela menemani sang anak menjajal sirkuit dadakan dengan sepeda BMX.

“Waktu-waktu rawan di sore hari bisa diisi dengan bermain dan berlatih BMX,” ungkap Iwan (43) saat mendampingi anaknya berlatih, Sabtu (19/8/2023).

Iwan yang merupakan warga Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo mengaku selalu membersamai anaknya untuk bermain dan berlatih BMX setiap sore.

“Latihannya setiap hari di sore hari. Jam 15.30 sampai jam 17.30. Ini saya juga menemani anak saya latihan,” ungkap Iwan pada Wartabromo.com, Sabtu (19/8/2023).

Menurutnya, sirkuit milik pak Imam kini mulai ramai dengan rider cilik yang berlatih di sana. Kini mereka mencapai 10 anak di usia 4 hingga 11 tahun.

Dalam berlatih mereka akan mengitari lintasan selama 3 kali putaran. Siapa yang tercepat ia yang menang.

Iwan melanjutkan, sebelum berlatih di sirkuit tersebut, anaknya yang berkali-kali mengikuti ajang kompetisi BMX itu berlatih di belakang GOR Untung Suropati.

“Habis direnovasi. Masih dibenahi dan belum layak digunakan jadi anak saya berlatih di sini. Di sini tidak dipungut biaya. Gratis, Mas,” imbuhnya.

Ia berharap, ke depannya banyak rider cilik yang tangguh, sehingga bisa mengikuti perlombaan di kejuaraan tingkat kota maupun provinsi.

Sementara itu, para rider cilik mengaku sangat senang. Salah satunya diungkapkan Azka yang masih duduk di kelas 2 bangku Sekolah Dasar, ia juga bercita-cita menjadi pembalap BMX.

“Kelas 2. Senang BMX sejak satu tahun. Mau jadi pembalap BMX,” ungkap Azka di sela sela berlatih.

Di sisi lain, maraknya penggunaan gawai di kalangan anak-anak telah menghadirkan kekhawatiran sejumlah pihak. Fenomena tersebut dikhawatirkan berdampak pada kesehatan fisik dan mental, serta interaksi sosial anak.

Anak-anak sering kali menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk bermain game atau menonton video. Mereka cenderung mengabaikan aktivitas fisik dan sosial yang sangat diperlukan dalam masa pertumbuhan.

Survey Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada 2020 menyebutkan, terdapat sekitar 71,3% anak usia sekolah memiliki gadget dan atau memainkan gadget mereka dalam kurun waktu yang cukup lama dalam sehari.

Sebanyak 55% diantaranya menghabiskan waktu bermain ponsel tersebut dengan game online maupun offline.

Nah, apa yang dilakukan Imam dengan memanfaatkan lahan kosong miliknya setidaknya bisa menjadi praktik baik agar anak tak kehilangan realitas sosialnya demi bermain gawai.(asd)