Cerita Bunda Erly Hasilkan Jutaan Rupiah dari Bisnis Kuliner, Intip Kiatnya

62

Gempol (WartaBromo.com) – Berawal dari keinginan menambah uang jajan untuk anak, pasangan suami istri asal Dusun Tamanan, Desa Kepulungan, Kecamatan Gempol ini sukses kembangkan bisnis kukiner.

Adalah Samsul Arifin dan Umi Erlyawati, pasutri yang awali bisnis kulinernya dari dengan membuat kue pasaran pada tahun 2009 silam.

Tak dinyana, pandemi Covid-19 yang membuat sebagian orang kalang kabut justru membuat bisnis kulinernya kian berkembang. Sejumlah pesanan dari tetangga hingga masyarakat luas mulai berdatangan.

“2009 kami buat kue kecil-kecilan kami taruh di pasar, orang mlijo, kemudian merambah sampai disini. Puncaknya di pandemi kemarin (Covid 19) kami dapat berkah, banyak pesanan,” ungkap Arifin dalam wawancara ekslusif bersama wartabromo.com beberapa hari yang lalu.

Baca Juga :   Mulai Ustadz Dihajar dengan Arit saat Ngaji, hingga Ojek Pangkalan Sambat ke Dewan | Koran Online 1 Nov

Produk yang mereka hasilkan saat ini mulai berkembang. Dari jajanan pasar seperti Ressoll Issie, Onde-Onde, Dadar Gulung, Klepon Ayu dan lainnya. Jajanan pasar ini dijual dengan harga 1k hingga 3k saja.

Sementara untuk produk makanan, meliputi, Ayam Krispi, Ayam Pokpok Asam Pedas Manis, Ayam Pihpih (Chicken Katsu), hingga Ayam Geprek. Oalahan ayam ini dijual dari harga Rp6 ribu hingga Rp15 ribu.

“Untuk keunggulannya, kami kan ngambil riset dari konsumen ya, kebanyakan kalau konsumen itu istilahnya kalau Ressoll Issie itu beda sama yang lain,” lanjut Arifin.

Sementara menurut Erly, keunggulan oalahan ayam miliknya diakui sangat lembut oleh konsumennya.

“Kalau keunggulan ayam sih, embut ya kalau kata pelanggan. Ayamnya lembut, terus tepungnya ndak atos (renyah). Kelihatannya keras tapi kalau dimakan langsung kress gitu,” timpal Erly.

Baca Juga :   Koran Online 8 April : 3 Nelayan Terlibat Pengeroyokan Diciduk, hingga Driver Gojek Pasuruan Demo Manajemen

Disamping olahan jajanan pasar dan ayam itu, mereka juga menerima paket oalahan makan seperti nasi kotak dan paket tumpeng.

Dalam 1 minggu, Erly mengaku bisa mendapat omset hingga Rp5 juta (kotor) dari penjualan produk kulinernya. Meski demikian, mereka terus bermimpi bisa mengembangkan bisnis tersebut.

“Pingin banyak yang mengenal, pingin punya kedai sendiri gitu. Intinya kami ingin ya punya tempat, tempat yang paten untuk mengembangkan bisnis kuliner kami,” imbuh Umi mengakhiri. (lio/asd)