Suku Tengger Kawasan Gunung Bromo Gelar Ritual Mendak Tirta

2174

Lumbang (wartabromo.com) – Masyarakat suku Tengger di Kawasan Gunung Bromo, melaksanakan Mendak Tirta (mengambil air suci -red), Kamis (6/7/2017). Mendak Tirta ini, sebagai awal prosesi upacara Yadnya Kasada yang bakal dilaksanakan Senin, 11 Juli 2017 dini hari nanti.

Ritual diantaranya dilakukan di sumber Air Terjun Madakaripura, Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, dipimpin oleh Rudi Santoso, pemangku Desa Ngadas, Kecamatan Sukapura.

Dijelaskan ritual upacara ini juga dilakukan oleh masyarkat suku tengger kawasan Gunung Bromo yakni untuk wilayah Kabupaten Pasuruan melakukan ritual ini di sumber air Gunung Widodaren. Sedangkan masyarakat suku Tengger di wilayah Lumajang melaksanakan mendak tirta di sumber di Kawasan Pura Senduro Lumajang.

Baca Juga :   Akhirnya, 5.025 Warga Kota Probolinggo Nikmati Jargas Bumi

“Air suci yang diambil dari berbagai tempat itu nantinya dikirab dan dibawa ke Pura Luhur Poten di Gunung Bromo untuk digunakan sebagai kelengkapan upacara Yadnya Kasada. Air dari berbagai tempat itu, disandingkan dengan air suci yang diambil dari tempat lain,” ujar Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo Bambang Suprapto.

rit2

Bambang melanjutkan, setelah pelaksanaan Mendak Tirta akan dirangkai dengan upacara Sameninga, yakni ritual komunikasi antara umat dengan Tuhan yang menguasai jagat raya.

Ritual ini dilaksanakan di Balai Desa masing-masing hingga sore harinya. Kemudian dilanjutkan upacara Mepek yakni upacara untuk melengkapi segala sesaji untuk keperluan upacara Yadnya Kasada.

Ia menyebutkan kelengkapan sesaji Yadnya Kasada terdiri atas Rakatawang dan Rakagenep. Sesaji yang telah lengkap tersebut kemudian dibawa ke Pura Luhur Poten untuk digunakan sebagai kelengkapan upacara Yadnya Kasada pada hari Minggu malam. Setelah itu, diteruskan dengan melarung sesaji ke kawah Gunung Bromo.

Baca Juga :   Nelayan Pasuruan Enggan Miliki "SIM" Melaut

“Sesaji yang dilarung berupa hasil pertanian dan lain-lain yang merupakan hasil pokok masyarakat Suku Tengger yang sebagian besar petani sayur. Dalam prosesi upacara Yadnya Kasada di tengah malam tersebut dilakukan persembahyangan yang merupakan komunikasi antara umat dengan Tuhannya,” terang pria yang asal Desa Ngadisari ini.

Camat Sukapura Yulius Christian, menuturkan larung sesaji yang merupakan bentuk perwujudan atas rasa syukur umat terhadap sang Hyang Widi Wasa. Sesaji yang dilarung pada peringatan Kasada merupakan perwujudan rasa syukur yang diajarkan Roro Anteng dan Joko Seger yang merupakan cikal bakal suku Tengger di Gunung Bromo.

“Roro Anteng dan Joko Seger saat itu harus mengorbankan salah satu anak bungsunya Kusuma, kini suku Tengger melaksanakan korban dengan mengganti berupa hasil sayur mayur yang dihasilkan dari ladang-ladang mereka,” tutur mantan Kabag Kominfo ini. (cho/saw)