Arus Mudik di Pelabuhan Probolinggo Meningkat

1170


Probolinggo (wartabromo.com) – Animo mudik menggunakan perahu di Pelabuhan Tanjung Tembaga Mayangan Probolinggo meningkat drastis, Kamis (14/6/2018). Membludaknya pemudik pada H-1 lebaran ini, membuat Satpolair Polres Probolinggo meningkatkan pengamanan.

Dari pengamatan anggota Satpolair Polres Probolinggo, pada H-1 ini terjadi lonjakan penumpang di Pelabuhan Tanjung Tembaga. Setidaknya lebih dari 1.000 warga terpantau menggunakan moda transportasi laut ini. Baik mereka yang mudik ke Pulau Madura maupun yang ke Pulau Gili Ketapang.

“Ada lonjakan traffic penumpang di Pelabuhan. Sehingga kami melakukan pemantauan yang ketat di pelabuhan. Hal ini antara lain untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut atau hal lainnya,” kata Kasatpolair Polres Probolinggo AKP. Slamet Prayitno.

Baca Juga :   Ribuan Miras, Narkoba dan Knalpot Brong Dimusnahkan

Pengawasan itu antara lain dengan mengingatkan para nakhoda kapal untuk menggunakan jaket keselamatan. Tak hanya awak kapal, penumpang juga diingatkan untuk menggunakan life jacket. Meski pada kenyataannya tidak semua kapal motor yang mengangkut penumpang mempunyai life jacket yang memadai.

“Paling tidak kita sudah antisipasi dengan mengingatkan para nakhoda kapal tentang prosedur keamanan laut. Jika life jacket tak mencukupi, jika terjadi kecelakaan laut mereka bisa menggunakan jerigen yang ada sebagai alat pelampung,” ujar mantan Kasatpolair Polres Pasuruan ini.

Seperti diketahui banyak warga yang mudik ke Madura dengan menggunakan perahu atau kapal motor dari pelabuhan Tanjung Tembaga Mayangan Probolinggo. Meski pelabuhan ini bukan penyeberangan resmi kapal penumpang.

Baca Juga :   Polisi Tunggu Hasil Psikiater untuk Pastikan Insiden Gus Taba Termasuk Gangguan Orgil

Dengan menggunakan perahu, warga tak perlu merogoh kocek mahal untuk sampai ke rumahnya.
Dalam satu perjalanan, mereka cukup membayar Rp 10 ribu dan Rp 30 ribu jika membawa motor atau barang lainnya. Dengan jarak tempuh 6 jam pelayaran, mereka terbebas dari kemacetan panjang. Sementara jika menggunakan moda transportasi darat, setidaknya mereka harus menyediakan Rp. 80 ribu untuk tiket bus. Itupun memakan waktu sekitar 7 jam dengan catatan tidak mengalami macet di jalan raya.

“Murah dan cepat, Mas. Gak perlu antri dan dipastikan tidak macet di jalan. Kalau lewat darat masih oper lagi di Sampang untuk menuju desa kami. Jadi kalau pakai perahu lebih praktis dan lebih cepat,” ungkap Mustain, salah satu penumpang asal Sampang Madura. (fng/saw)