Rencana Tata Ruang Wilayah Jangan Hanya Basa-Basi

791

Bagaimana caranya agar kebutuhan lahan pertanian dan ketahanan pangan tetap terjaga ?

Dibutuhkan keseriusan pemerintah daerah setempat, untuk membuat areal yang dilindungi. Pertama dengan penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang sesuai dengan peruntukan masing-masing. Kedua, pemerintah dan semua pihak terkait, harus memiliki disiplin untuk menjaga dan berkomitmen agar RTRW yang sudah dibuat tidak dilanggar.

Maksud untuk tidak dilanggar ?

Jika sudah ditetapkan areal-areal lahan pertanian dalam RTRW atau sejenisnya, jangan sampai ada lahan pertanian yang dikonversikan dengan lahan lain. Kasus ini sering kali mencuat ke permukaan, karena investor menghendaki lokasi yang sebenarnya merupakan lahan pertanian produktif. Sehingga lahan itu harus dilepaskan dan diganti, dikonversikan atau tukar guling dengan lahan yang justru tidak produktif.

Kalau hal itu terjadi, RTRW yang disusun hanya sebatas basa-basi yang penuh kepentingan. Itu sudah tidak benar dan di kemudian hari justru akan berakibat fatal untuk kehidupan masyarakat. Makanya pejabat harus benar-benar disiplin dan tanpa mengenal kompromi.

Baca Juga :   Pucuk Pimpinan Polres Probolinggo Kota Resmi Diganti

Meski RTRW sudah disusun, tapi luasan lahan sudah tidak memungkinkan lagi, apa yang harus dilakukan pak ?

Pilihannya tinggal intensifikasi pertanian dengan melakukan budidaya pertanian melalui penggunaan tehnologi yang sesuai. Sehingga produktifitas lahan pertanian bisa digenjot hingga hasilnya benar-benar maksimal. Misalnya untuk tanaman padi, jika biasanya satu hektar lahan hanya menghasilkan 6 ton, dengan budidaya dan menggunakan teknologi yang sesuai, bisa menghasilkan 8 hingga 10 ton padi.

Intensifikasi pertanian bukan hanya sebatas untuk padi. Komoditas yang lain seperti jagung, kedelai dan lainnya harus dilakukan hal yang sama.

Kemungkinan tingkat keberhasilan dari intensifikasi lahan pertanian, sampai seberapa besar ?

semuanya tergantung kepada masyarakat  dan pemerintah harus mendorong dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan. Kita harus yakin, dengan luas lahan yang ada, produktifitas akan tetap meningkat dengan program-program intensifikasi pertanian. Sehingga kita dapat mengejar ketertinggalan produktifitas pertanian dengan negara lain.

Baca Juga :   Pakar : Orang yang Terhipnotis Tidak Tahu Kalau 'Dikerjai'

Bagaimana perbandingan produktifitas pertanian dengan negara lain ?

Untuk produktifitas pertanian dibanding negara lain, kita benar-benar tertinggal dan itu nampak, untuk beras dan lainnya yang harus import.

Saya contohkan seperti di Jepang, di tepi-tepi jalan masih banyak ditemukan lahan-lahan pertanian yang berjajar dan tertata rapi. Lahan-lahan yang sudah ditetapkan dalam semacam RTRW, tidak diusik dan terus dipelihara. Bahkan tidak ditemukan lagi lahan-lahan nganggur dan terbengkelai, semuanya diupayakan untuk dapat ditanami berbagai komoditas. Lahan-lahan yang ada itu dikelola dengan intensifikasi pertanian sehingga menghasilkan produksi yang benar-benar maksimal.

Begitu pula di Thailand. Kalau lahannya masih lebih basah (lebih subur) lahan-lahan di Indonesia. Tapi intensifikasi pertanian melalui budidaya yang luar biasa, membuat produktifitas pertanian di negeri itu melonjak luar biasa. Padahal metode pertanian yang digunakan di Thailand saat ini, sudah dilakukan Indonesia sejak puluhan tahun yang lalu.

Baca Juga :   Dua Mobil Damkar Kehabisan Air, Api dalam Pabrik Krupuk di Gempol Terus Membara

Apa yang harus dipenuhi pemerintah untuk keberhasilan intensifikasi pertanian ?

Pemerintah harus memenuhi ketersediaan pupuk dan jangan sampai terlambat. Selanjutnya pemenuhan benih-benih berkualitas unggul dan obat-obatan yang dibutuhkan juga harus tersedia. Disamping itu juga harus terus dilakukan pengembangan terkait teknologi tanam yang disesuaikan dengan iklim di Indonesia. Karena perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini, juga mempengaruhi produktifitas hasil pertanian secara keseluruhan.