Kedawung Kulon, Desa Tangguh Bencana (1)

1545

banjir cangkring malangGrati (wartabromo) – Selama lebih dari 1 dekade atau sekitar 12 tahun berturut-turut sejak 2003 hingga 2014, bencana banjir tak kunjung berlalu dan selalu menggenangi pemukiman wilayah, maupun lahan-lahan pertanian. Terkesan, masyarakat setempat sudah terbiasa menghadapi, hingga seperti bersahabat dengan bencana banjir.

Itulah yang dialami sekitar 5.600 warga Desa Kedawung Kulon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan setiap tahunnya. Bahkan dalam setiap tahun, terjangan banjir di desa tersebut bisa mencapai lebih dari 10 kali, setiap kali musim penghujan.
Namun, karena seringnya banjir melanda desanya, justru membuat masyarakat bangkit dan menyadarinya sebagai tantangan yang harus dihadapi. Sehingga merekapun dianggap sebagai warga yang tangguh dan tanggon.

“Karena terbiasa menghadapi bencana dan tidak panik serta bisa mengatasinya, tanpa menunggu bantuan dari aparat pemerintahan, Desa Kedawung Kulon akhirnya ditetapkan sebagai Desa Tangguh Bencana. Pentepatan dilakukan oleh Bupati Pasuruan pada 13 Oktober 2015 lalu,” kata Bagong Susianto, Komandan Pos Komando Lapangan (Poskolap) Prima Desa Kedawung Kulon kepada awak Warta Bromo, beberapa waktu lalu.

Baca Juga :   Angkat Budaya Jawa, Gelar Jamasan Pusaka

Sudah wajar Desa Kedawung Kulon ditetapkan sebagai Desa Tangguh Bencana oleh Bupati Pasuruan, M Irsyad Yusuf. Selain tidak panik dan sudah terbiasa, warga setempat dengan cekatan dalam aksi spontanitas bersama-sama, mengatasi atau menghadapi bencana yang terkadang datangnya air cukup mendadak itu.

Koordinasi di antara warga dengan rancak dan cekatan dilakukan saat banjir menunjukkan indikasi kedatangannya. Koordinasi dilakukan di Poskolap Prima yang dibuat para relawan pada 2007. Poskolap Prima memegang peran penting untuk mengomando dan mengendalikan penanganan bencana.

Tercatat jumlah relawan dari warga yang ada jumlahnya sebanyak 81 personil ditambah dengan relawan dari karyawan Pabrik Gula (PG) Kedawung sejumlah 21 orang. Itupun masih ditambah dengan relawan dari sejumlah desa lainnya di sekitar Desa Kedawung Kulon yang tergabung bersama dalam Poskolap.

Baca Juga :   Sarbumusi Akan Gelar May Day, Polisi Terjunkan 650 Personilnya

Selain sebagai posko koordinasi warga Desa Kedawung Kulon saat bencana, Poskolap Prima tersebut juga menjadi posko untuk mengkoordinir jika terjadi bencana di enam kecamatan. Yakni Kecamatan Grati, Rejoso, Winongan, Lumbang, Lekok dan Nguling.

Di Poskolap Prima tersebut terdapat berbagai peralatan yang cukup lengkap untuk menangani dan mengantisipasi bencana banjir yang datang setiap tahun.

Sejumlah peralatan, seperti perahu karet dan satu set pendayung yang terdiri dari enam buah, pelampung tarik dan ban-ban pelampung serta rompi pelampung yang semuanya digunakan untuk evakuasi, jika bencana banjir yang datang sangat besar dan membahayakan warga.

Di tambah lagi belasan galah untuk alat ukur kedalaman atau ketinggian air saat banjir. Serta tidak ketinggalan, sebanyak dua set radio dengan 8 buah handy talkie sebagai sarana komunikasi saat banjir.

Baca Juga :   Dimosi Tidak Percaya, Direktur PDAM : Itu Ulah Oknum Pegawai

“Semua peralatan selalu siap digunakan jika sewaktu-waktu bencana banjir datang. Kami terus mengecek kelaikannya, agar saat banjir datang tidak kebingungan lagi,” imbuh Bagong.

Selain peralatan, di Poskolap Prima Desa Kedawung Kulon juga terdapat papan yang menerangkan indikator ketinggian air. Semisal, jika ketinggian air di hulu sungai naik hingga mencapai 120 centimeter, berarti ketinggian air di aliran Sungai Rejoso bagian bawah, bisa mencapai 300 centimeter.
Jika indikator ketinggian air di pos pantau hulu sudah menunjukkan permukaan air naik, para relawan akan segera menginformasikannya kepada seluruh masyarakat untuk bersiaga dan segera tanggap mengambil tindakan yang cepat untuk penyelamatan.